Karomah Mursyid Agung Al Habib Umar Bin Hafidh



http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=212&Itemid=1



Hingga kini kita masih mengenal Al Musnid Al Allamah Alhabib Umar bin Hafidh, yang ketika mendapat kabar tentang beberapa murid beliau yg banyak melanggar, seraya menjerit dan menangis sekeras kerasnya dihadapan anak muridnya, tangisnya bagaikan bayi yang tersedu sedu seraya berkata : “lebih baik kepalaku ditindih gunung daripada sampainya kabar amal buruk kalian kepada Allah dan Rasul Nya, bagaimana jika aku dimintai pertanggungan jawab??”


http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=309&Itemid=29


Senin 18 oktober 2010 hamba meluncur dengan penerbangan pertama dari bandara Soekarno Hatta Jakarta pk 6.35 wib menuju Bandara Changi Singapura, tiada niat lain selain melepas rindu pada Guru mulia, manusia yang paling kucintai di bumi ini, dan telah menjadi sumpah setiaku bakti hidupku dan matiku adalah untuk berbakti pada beliau, yang beliau adalah hamba yang hidup dan mati beliau untuk berbakti pada Sang Nabi saw, yang Sang Nabi saw hidup dan mati beliau saw untuk berbakti pada Allah swt.

Hamba tiba pk 9.00 waktu singapura (8.00 wib), dan menanti kedatangan Sang Guru Mulia yang akan tiba di Changi Airport Singapura pd pk 9.00 waktu singapura pula, ketibaan dari Kualalumpur.

Ternyata pesawat beliau delay (tertunda) dan beliau baru keluar pk 11.30 waktu singapura, hanya sekitar dua puluh orang saja yang menanti kedatangan beliau di bandara Changi, maka hamba menangis melihat wajah mulia nan penuh kedamaian itu melangkah dengan santai menuju pintu exit, tiada desak desakan dalam menyalami beliau, dan hamba mohon waktu berbincang sesaat dengan beliau di bandara, sebelum beliau meneruskan ke kota singapura dengan acara yang padat pula,

Beliau tersenyum dan menyambut karung dosa ini dengan teguran lembut.. selamat jumpa wahai sayyid munzir..”,

Subhanallah… lidahmu sangat luhur hingga menyebut karung dosa ini dengan ucapan sayyid munzir, lalu beliau meneruskan ucapannya : “dimana kita akan bicara?, kau akan terus pulang bukan?”

Subhanallah.. firasat tajam (sabda Rasul saw : berhati hatilah pada firasat orang mukmin, karena mereka melihat dengan cahaya Allah swt) beliau telah mengetahui memang hamba hanya ke singapura untuk jumpa di bandara saja, karena kepulangan pesawat hamba adalah pk 12.25 waktu singapura, maka hamba mempersilahkan beliau duduk sambil menanti mobil datang dari parkiran,

Beliau duduk, hamba bersimpuh dilantai sangat dekat dengan lutut dan sandal beliau, airmata berlinang memandangi dengan asyik wajah yang paling kucintai, wajah damai, lembut nan indah itu berkata : “naiklah kekursi..” seraya mengarah pada kursi disebelah beliau, namun hamba menggeleng, mana pula karung dosa ini berani duduk disebelah beliau, hamba lebih suka bersimpuh sambil menikmati wajah yang sejuk dan penuh kasih sayang, lalu beliau mengulangi ucapannya : “naik kesini, duduk disebelahku..”, hamba tetap menggeleng dan tersenyum sambil terus menunjukkan bahwa hamba senang bersimpuh dikaki beliau, jika disuruh memilih duduk diatas tempat manapun sungguh tiada yang lebih nikmat bagi hamba selain duduk bersimpuh dikaki beliau, namun beliau berucap dg suara yang ditekan dengan nada perintah : “duduklah disampingku..!”, maka hamba tak berani menolak perintah beliau dan hamba duduk disebelah beliau, airmata terus mengalir karena ledakan gembira bisa melihat wajah beliau lagi, pemandangan terindah yang pernah kulihat didunia ini..

Lalu beliau memulai percakapan dengan akrab, tanpa menggubris puluhan orang yang berdiri jauh tak berani mendekat, mereka sangat menghargai hamba yang hanya akan jumpa beberapa menit lalu kembali ke Jakarta.

Beliau mulai melontarkan pertanyaan lembut, karena jika beliau diam maka beliau tahu hamba akan rubuh pingsan dari gembira, ledakan cinta dan haru bisa berdampingan dengan beliau, seraya bertanya lembut : bagaimana kabar jamaah kita?, semoga mereka semakin banyak dan semakin mendekat pada keluhuran..?

Hamba menjawab : betul tuanku, dengan bantuan Allah dan doa tuanku, mereka semakin banyak, dan selalu majelis riuh dengan airmata puluhan ribu jamaah, beliau tersenyum puas dan tampak tenggelam dengan kegembiraan hingga terpejam, lalu beliau berkata dengan pelahan : “sampaikan pada mereka salamku, kuwasiatkan pada mereka untuk semakin semangat untuk saling menasihati, masing masing mengenalkan sifat sifat keluhuran nabi saw, membenahi diri, membenahi dan membangkitkan keluhuran pada diri mereka, pada teman teman mereka, pada tempat sekolah mereka, pada tempat pekerjaan mereka, dan terus menjadi penebar kebaikan..”

Hamba menjawab : baik tuanku, akan hamba sampaikan..

Lalu sang guru lemah lembut menjelaskan beberapa hal dan tuntunan yang mesti dilakukan berupa tugas tugas pada hamba, hamba hanya menjawab : labbaik tuanku, hamba akan laksanakan, hamba akan patuhi..

Lalu sang guru mulia nan lembut dan sejuk berkata : kabarkan padaku hal lain..?”.

Hamba menjawab : semalam kami berkumpul sekitar 100 orang aktifis di internet, pria dan wanita untuk mulai menjalin perluasan dakwah di internet…

Sang guru lemah lembut terlonjak gembira : “nah… sungguh itu hal yang sangat menggembirakan, dunia internet penuh dengan kebutuhan para pembenah dan orang orang yang mau berkhidmat menebarkan dakwah lewat internet, karena medan dakwah kita di internet masih sangat sempit dibandingkan kekuatan kedhaliman yang terus mengelabui ummat dengan kejahilan dan kemungkaran.., sungguh usaha itu sangat menggembirakanku..”

Hamba menjawab : doakan kami wahai tuanku.., dan jamaah semua siap dan sudah sangat rindu menantikan kedatangan tuanku..

Sang Guru Lemah lembut tersenyum, sampaikan salamku, aku insya Allah akan kunjung dan menjumpai mereka…”

Hamba menangis haru…, lalu beliau memberi jawaban atas beberapa instruksi dan bimbingan bimbingan untuk langkah selanjutnya dalam kelanjutan Majelis Rasulullah saw..

Lalu hamba terdiam, beliau terdiam, lalu hamba tahu sudah terlalu lama hamba menahan sang Guru yang lemah lembut ini, tanpa terasa 15 menit berlalu, beliau seakan tak perduli dengan waktu demi menerima seorang karung dosa ini, dan beliau mulai melirik pada jamaah yang berdiri jauh dan menanti beliau, maka hamba memahami bahwa waktu sang guru mulia nan lembut telah cukup banyak tersita, dan hamba harus pamit, hamba berkata : tuanku, hamba penuh dosa, hamba takut tidak mendapat ridha tuanku, bagaimana Allah dan Rasul saw akan ridho jika hamba tidak mendapat ridho tuanku..?

Sang Guru Mulia nan lemah lembut tersenyum, bagaikan bulan purnama indah beliau berdoa, semoga limpahan keridhoan selalu menaungimu dalam ketenangan, kegembiraan, dan semoga Allah swt menggembirakanmu dengan ridha… dan sang guru mulia melantunkan doa yang panjang.., hamba bangkit mundur, lalu sang guru mulia nan sejuk bertanya, kemana sekarang tujuanmu..?

Hamba menjawab : pulang ke Jakarta wahai tuanku, malam ini majelis malam selasa di almunawar, beliau tersenyum lagi, dan terus berdoa dan melangkah sambil mengucap selamat jalan…

Duhai guru agung idola barat dan timur…,

sebelum beliau tiba, telah didahulu putra mulia beliau, Alhabib Salim bin Umar bin Hafidh, seraya bercerita panjang pada kami sambil menanti kedatangan Sang Guru Mulia, maka alhabib salim berkata : ayahanda mengunjungi Denmark, kota yang dikenal paling membenci dan menghina Rasulullah saw, namun baru saja beliau keluar dari bandara, sudah disambut dengan pembacaan Maulid nabi saw di bandara, maka Guru Mulia berpaling pada putranya dan berkata: “kau lihat?, pernah kau lihat orang menyambutku di bandara dengan pembacaan maulid?, sungguh diseluruh dunia belum pernah terjadi, tapi terjadi disini, di Denmark, kota yang konon sangat membenci dan Menghina Nabi saw, belum aku sampai di kotanya, baru di bandara justu Lantunan Maulid Nabi saw dikumandangkan, kau lihat bagaimana Allah swt Maha Memberi hidayah walau ditempat yang konon paling menghina Nabi saw?”

Di Jerman Guru Mulia menyampaikan tausiah di salah sebuah forum, hadir diantaranya seorang missionaris nasrani yang mencuri dengar, lalu melaporkannya pada pimpinan gereja yaitu gurunya, maka pendeta besar mengundang guru mulia untuk datang ke gereja dan menyampaikan tausiyah, seakan tantangan sekaligus pelecehan, kau yang berbicara kerukunan ummat beragama, apa berani masuk gereja?

Ternyata Guru Mulia setuju, datang, dan minta izin shalat di gereja, sudah kita fahami dari seluruh madzhab sebagian mengatakan makruh, sebagian mengatakan haram, namun sebagian mengatakan boleh jika diharapkan akan diubah menjadi masjid,

Selepas beliau menyampaikan tausiah, maka pimpinan pendeta ditanya : bagaimana pendapatmu terhadap islam?, maka ia menjawab : aku benci islam, namun aku cinta pada orang ini, maka guru mulia menjawab : jika kau mencintaiku akan datang waktunya kau akan mencintai islam…

Lalu guru mulia ditegur, bagaimana melakukan shalat di gereja?, beliau menjawab : aku melakukannya karena aku tahu tempat ini akan menjadi masjid kelak..

Lalu kami bertanya, apa yang membuat guru mulia masih didalam bandara?, beliau ditahan dan dipersulitkah?, lalu putra mulia menjawab : ayahanda asyik dengan mereka, mereka tidak tahu islam dan mau minta kejelasan, justru ayahanda senang dan duduk dengan mereka member tausiyah dan penjelasan pada staf imigrasi change airport tentang indahnya islam, mereka yang awalnya curiga dan ingin interogasi, justru menjadi pendengar setia dan terlalu asyik duduk mendengar penyampaian lemah lembut beliau hingga menghabiskan waktu 90 menit..!

Lambaian tangan beliau terus membuatku berdiri tercenung, dan terus hamba masuk ke airport untuk bording yang sudah terlambat, duduk di pesawat, dan kembali ke Jakarta, hamba tiba di bandara soekarno hatta pd pk 13.05 wib dengan selamat.

Wahai Allah.. barat dan timur haus dengan para penyeru yang lemah lembut penyambung kasih sayang Mu, mengenalkan kami pada kasih sayang Mu, kelembutan Mu, dan keindahan Mu, juga kelembutan nabi kami, idola kami, Sayyidina Muhammad saw,

Sungguh anugerah agung Mu dengan menghadiahkan kami seorang pembimbing keluhuran, penerus dakwah nabi Mu, panjangkan usia guru mulia kami, beri kemudahan atas perjuangannya, limpahi kasih sayang Mu seluas luasnya pada beliau, dan ikut sertakan kami, para pendosa yang mencintai beliau, dunia dan akhirat jangan pisahkan kami dari beliau, dan bersama beliau, berjuang bersama beliau, memanut beliau, dan mengabdi pada beliau..

Yaa Allah… Yaa Allah… Yaa Allah.. Amiiin..

Lambaian tangan beliau terus membuatku berdiri tercenung, dan terus hamba masuk ke airport untuk bording yang sudah terlambat, duduk di pesawat, dan kembali ke Jakarta, hamba tiba di bandara soekarno hatta pd pk 13.05 wib dengan selamat.






Foto
Foto 



 

http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=28180&catid=9


Jika anda mencintai guru mulia dg sungguh2, beliau bisa saja datang mengetuk rumah anda.

ada teman saya sangat cinta pada beliau, sangat cinta, namun ia sangat miskin, ia harus bayar kontrakan esok harinya ata diusir, ia menangis dan bertawassul pada guru mulia

Firman Allah : Sungguh pelindung kalian adalah Allah, Rasul Nya, dan orang orang yg beriman, yg melakukan ibadah dan banyak melakukan shalat sunnat, barangsiapa yg mengambil Allah, Rasul Nya, dan orang orang yg beriman (shalih), maka pasukan Allah yg akan menang"

malam harinya ia mimpi didatangi Guru Mulia dan memberinya 100 USD, ia menangis malu dan gembira, dari keras tagisnya ia terbangun, ia temukan selembar uang 100 usd dibawah bantalnya.

orang ini masih hidup dan siap bersaksi

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,


http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid&func=view&catid=9&id=26695#26695

http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid&func=view&catid=9&id=25849#25849

AL ARIF BILLAH AL HABIB MUNZIR BIN FUAD AL MUSAWA BERCERITA

Saudaraku tercinta, sekitar tahun 1992-1993, hidup saya jauh dari agama, bergaul dengan kelompok yang hari harinya adalah berkelahi, dan perbuatan buruk lainnya, ibunda saya menangis di malam hari berdoa kepada Allah agar saya berubah, maka dalam beberapa hari saya mulai kena cacar air, setelah itu kemudian saya mulai berubah dan bertobat, saya meninggalkan itu semua dan memperbanyak dzikir dirumah, dengan segala macam ibadah hingga sekolah pun tidak mau hingga saya putus sekolah.
Maka hal ini membawa kesedihan pula bagi ayah bunda, sampai bunda menangis…
Tiap malam saya maulid Nabi saw sendiri, dan kemudian mulai memilih belajar ke Makkah, pada Al Marhum Al Maghfurlah Al Allamah Al Habib Muhammad bin Alwi Al Maliki, namun kandas karena saya tak punya basis syariah bahkan bahasa arab pun tidak tahu, maka saya harus mondok bertahun tahun dulu, barulah mungkin bisa kesana jika saya sukses. Cita cita itu kemudian berubah, karena hati semakin cinta pada Rasul saw, maka saya ingin belajar pada Al Allamah Al Musnid Al Habib Zein bin Ibrahim bin Smith di Madinah Al Munawarah, agar dekat dengan makam Rasul saw, namun sebelum cita cita itu tercapai, Allah swt memilihkan saya untuk berangkat ke kota Tarim, Hadramaut, Yaman selatan, kota para ulama, shalihin dan para wali, karena sebelumnya para ulama bertebaran di Makkah dan Madinah dan Baghdad, juga mesir, namun setelah perpecahan, pembunuhan dan fitnah yang muncul membuat Imam Ahmad Al Muhajir membawa keluarganya pindah ke yaman selatan, kota Tarim, sangat terpencil, kota yg sederhana, namun kemudian di penuhi para ulama, shalihin dan para wali Allah swt, hingga para walisongo yang datang kesini pun berdatangan dari Tarim, menuju Gujarat, dan sebagian meneruskan ke pulau Jawa.
Saya adalah seorang anak yang sangat di manja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yang lain, namun dimasa baligh, justru saya yang putus sekolah, semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya, karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid Al Marhum Al Arif billah Al Habib Umar bin Hud Al Attas, dan Majelis taklim kamis sore di Empang Bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Al Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin Al Attas dengan kajian Fathul Baari.

Sisa hari hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa Nabi Daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat membuat ayah bunda malu.
ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Al Marhum Al Allamah Al Habib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al Allamah As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana di New york university.

Almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yang sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dengan kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.

Maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di Cipanas, Cianjur, Puncak. Jawa Barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak anaknya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.

Namun saya sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak.
namun saya sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw, dan sering dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau saw, dan berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dengan mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk bahu saya dan berkata : Munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dengan ku.., maka saya terbangun..

Akhirnya karena ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5 kamar saja, disewakan pada orang yang baik baik, untuk biaya nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya. setiap malam saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yang cuma meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam malam saya lewati, siang hari saya puasa Nabi Daud as, dan terus dilanda sakit asma yang parah, maka hal ini membawa kesedihan pula bagi ayah bunda, sampai bunda menangis dan berkata dengan lirih… memang nak, kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yang gagal pastilah ada yang tidak sukses, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah ucapan itu kebenaran?.. bunda menangis.
Hari hari saya adalah menjadi penjaga losmen milik ibunda karena ayahanda sudah pensiun, saya menyapu, membawakan air, teh, makanan, mengganti seprei dll..
Malam hari saya penuh renungan akan masa depan yang suram, lampu lentera dikebun di dekat kamar saya selalu saya pandangi berjam jam setiap malam sambil merenungkan nasib yang tak menentu.
Saya tercambuk, maka saya malu dan berusaha memperdalam ilmu syariah di beberapa Pondok Pesantren namun keseringan tidak betah karena saya mempunyai penyakit asma yang akut, butuh pengawasan dan pengobatan yang berkesinambungan, akhirnya saya terus larut dengan buku yang menceritakan tentang Rasul saw, diantaranya adalah buku syamail Muhammadi, (budi pekerti Rasul saw), yang membuat saya semakin cinta dg Rasul saw,

Saya terus menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu. sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya pesantren di Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.

Ayah makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Habib Bagir Alattas, ayahanda dari habib Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar. Saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dengan ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tersebut.

Saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Al Habib Umar bin Hud al Attas yang saat itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula. Sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yang kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk diluar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.

Saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Al Aydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari Cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,
maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yang termurah saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yasin untuk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yang penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemo’oh, mereka berkata : kakak kakakmu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula New york university, koq anaknya centeng losmen..
maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaran pun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemo’oh.
Walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yang shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang.., lalu dalam saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yang pesantren di Habib Umar bin Abdurrahman As Segaf dengan satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah.. lalu saya ditanya dengan siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di Pasar Sawo, Kebon Nanas Jakarta selatan, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar sampai Kebon Nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke Cipanas, saya sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, diPasar Sawo Kebon Nanas, lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke Cipanas..
Tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dengan guru dari orang yang paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk Pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abu bakar di Bekasi Timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dengan guru yang paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama beliau yaitu pada 1994.
Selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dengan tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Al Habib Umar Maulakhela, maka Guru Mulia memanggil Habib Nagib Bin Syeikh Abu Bakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut Yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau.

Guru saya Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yang pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar memanggil saya untuk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yang pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa jawab karena tak faham, maka guru saya Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar menjawab : kau ditanya siapa namamu.., saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum..

Keesokan harinya saya jumpa lagi dengan guru mulia di kediaman Al Marhum Habib Bagir Al Attas, saat itu banyak para Habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau berkata pada almarhum Habib Umar Maulakhela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yang pakai peci hijau itu..!,

Guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya Habib Nagib bin Syekh Abu Bakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..

Dua bulan kemudian datanglah Al Marhum Al Habib Umar Maulakhela ke Pesantren, dan menanyakan saya, Al Marhum Habib Umar Maulakhela berkata pada Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar: mana itu munzir anaknya Habib Fuad Al Musawwa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar berkata saya belum siap, namun Almarhum Habib Umar Maulakhela dengan tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini permintaan Al Habib Umar bin Hafidh, ia harus berangkat dalam dua minggu ini bersama rombongan pertama..

saya persiapkan pasport dll.., namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Makkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke Hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, 

siapa yang menjaminmu..?, 




Saya pun datang mengadu pada Al Marhum Al Arif billah Al Habib Umar bin Hud Al Attas, beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yang menjaminmu, berangkatlah..
Saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dengan berat tetap melangkah ke mobil travel yang akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dengan tangis melihat keberangkatan saya..., beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dengan saya, saya berangkat dengan air mata sedih..

Saya sampai di Tarim Hadralmaut Yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah, saya belajar di Tarim dan pada beberapa minggu kemudian pecah perang antara Yaman utara dan Yaman selatan, namun kami aman karena Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh tidak mencampuri politik, maka yg menimpa kami adalah, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik, dan air mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4 km untuk taklim karena biasanya dengan mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim, putusnya hubungan telepon dan surat menyurat antar negara, maka saya sebatang kara, mengabdi pada guru mulia semampunya, hingga tahun 1998,

Suatu hari saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...!.
Maka saya tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : Kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..

Saya mau mencucikan baju teman saya dengan upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih...!, orang lain saja yang mencuci baju ini..
Maka saya terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya.

Hari demi hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.

2 tahun di Yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..? saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..
Ayah menjawab dengan sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat.. saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah terakhir kali jumpa deng an beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan air mata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,., rahimahullah..
Saya kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang berkembang, maka saya mulai dakwah di Jakarta, saya tinggal dan menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka murid murid yang lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti, setibanya mereka yang cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya'ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid, lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid Al Munawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..

Mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan dan lain sebagainya, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis Habib Munzir saja, saya menolak, ya sudah, Majelis Rasulullah saw saja, kini jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Mataram, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Singapura, Malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis haul Badr kita di Monas, yaitu Profesor dari Jepang yang menjadi Dosen disana, dia datang ke Indonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dengan saya.
Saya berdakwah, sistem dan metode yang diajarkan Rasul Saw dan diajarkan Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh sama, yaitu kelembutan, sedangkan kekerasan hanya dipakai jika sudah terjebak tak ada jalan lain, dulu majelis saya hanya dihadiri 9 orang saja, kemudian semakin banyak, dan terus tumbuh dengan pesatnya, hingga kini sudah mencapai jutaan, dari mulai ulama ulama sepuh, kyai kyai besar dan berpengaruh, sampai pejabat pejabat tertinggi menghormati hamba, orang orang yang dulu menghina hamba kini berubah berbalik ingin jumpa, minta doa, minta nasihat, minta bantuan dan lain sebagainya. Kesuksesan gemilang ini adalah anugerah Allah lewat doa ibunda saya...

Itulah sekilas riwayat hidup si centeng losmen yang hina, makna dibelakang ini semua adalah masa depan bisa berubah tanpa kita ketahui, hati hati dengan orang miskin dan hina, bisa saja suatu saat ia dilimpahi anugerah kekayaan dan menjadi atasan kita, dan jangan cemburu pada orang orang kaya, bisa saja mereka hidup mewah di dunia namun kematiannya adalah masuk kedalam penjara di alam kubur.

Sungguh agung anugerah Allah swt pada orang yang mencintai Rasulullah saw, yang merindukan Rasulullah saw... itulah awal mula hamba pendosa ini sampai majelis ini demikian besar, usia saya kini 38 tahun jika dengan perhitungan Hijriah, dan 37 tahun jika dengan perhitungan masehi, saya lahir pada Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 februari 1973 M.

Perjanjian Jumpa dengan Rasul Saw adalah sebelum usia saya tepat 40 tahun, kini sudah 1431 H,
mungkin sebelum sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dengan Rasul Saw, namun apakah Allah swt akan menambah usia pendosa ini..?
Wallahu a'lam


http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid&func=view&catid=9&id=26511#26511

Mimpi saya sekitar setahun yang lalu, saya melihat Rasul saw didalam kemah besar dan mewah, dan dihadapannya seperti ada bangunan bangunan yang sedang dibangun, hamba berpakaian lusuh dan kotor, kebetulan Rasul saw melihat hamba dan memanggil hamba, dengan lembut dan tidak tega beliau Saw berkata : wahai Munzir, kau sudah kelelahan sekali bekerja dalam pembangunan ini, sudah, masuklah beristirahat di kemahku, lalu saya dibawa ke kemah beliau Saw, saya berdiri dipintu kemah itu, saya melihat ada hidangan hidangan dan buah buahan, dan Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ada didalamnya, lalu Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh melihat saya dan berkata : wahai Munzir, aku keluar dan masuk ke kemah ini dengan bebas, namun jika engkau masuk kesini, kau tak akan kembali lagi selama lamanya ke dunia, terserah padamu...

Maka saya terdiam dan ragu untuk masuk, maka beberapa malaikat disekitar saya menghimbau saya untuk masuk kemah dan beristirahat, lalu malaikat Izrail As memegang kedua pundak saya dari belakang, dan berkata : mari kubimbing kau masuk..., pegangannya lembut saja, namun terasa seluruh urat tubuh saya sudah digenggamannya, maka saya menolak dan berkata : saya masih ingin bakti pada guru mulia membantu beliau..!
Maka Rasul Saw memberi isyarat pada malaikat Izrail As untuk melepaskan saya, lalu Rasulullah Saw berkata : tempatmu kelak disini wahai munzir, sekemah denganku, seatap denganku.., tinggal bersamaku, kau tak punya rumah di dunia dan akhirat, rumahmu bersamaku, seatap denganku.. lalu saya terbangun.

Beberapa bulan kemudian saya berjumpa lagi dengan Rasul saw dalam mimpi dan beliau Saw duduk berdambingan dengan saya, seraya berkata : "sampai kapan kau menunda ajakanku wahai Munzir..?, Kupanggilkan Izrail dan jibril untuk membawamu sekarang?, lalu saya menjawab : wahai Rasulullah, jikalah saya diizinkan Allah dan Rasul Nya, saya masih ingin membantu Guru saya.., maka Rasul Saw tersenyum dan memegang rambut saya sedikit menjambaknya seperti ayah yang mempermainkan anak kecilnya, beliau berkata : tidak ada yang menolak undanganku kecuali orang orang aneh semacam mu wahai Munzir.., lalu beliau Saw berangkat dari duduknya sambil tersenyum dan pergi.

Saya terus berdoa, jika saya masih diizinkan Allah swt untuk berumur panjang dan berbakti pada Allah dan Rasul Nya dalam dakwah yang dijalankan Guru mulia saya, maka saya meminta pada Allah umur panjang, namun jika kemangkatan saya lebih membawa manfaat maka saya memilih mangkat, Allah swt Maha Mampu membuat 1000 orang yang lebih baik dari hamba untuk membimbing ummat.

Namun harapan saya, saya wafat setelah jakarta menjadi kota yang beriman, kalau kota Demak di sebut kota wali, maka saya bercita cita Jakarta kota Sayyidina Muhammad saw, maksudnya kota yang beriman, rukun antar ummat beragama, musliminnya mayoritas baik dan tidak berpecah belah, akidah sudah suci dan tidak terkotori, dan Alhamdulillah semakin hari semakin berjuta ummat yang terbawa dalam dakwah keluhuran sang Nabi Saw, namun untuk saat ini masih jauh dari target yang memuaskan kita, maka hamba berharap Allah swt belum mewafatkan hamba sampai cita cita hamba tercapai, amiin.



0 komentar:

Posting Komentar