MERAIH KEHIDUPAN BERGIZI TINGGI PENUH CAHAYA IMAN



Tahajud para Ulama terdahulu pada generasi awal-awal Islam, Ibnu Jauzi berkata: “kalau Shalat malamku ditukar dengan usia Nahi Nuh dalam kekayaan Qorun niscaya aku akan rugi”
Atha’ ibn Abi Rabah berkata “Sesungguhnya qiyamul lail itu menghidupkan badan, menerangi hati, membuat air muka bercahaya serta menguatkan penglihatan dan anggota badan, seseorang apabila melaksanakan qiyamul lail akan merasakan kegembiraan dan apabila terlewat qiyamul lailnya maka ia akan merasa sangat sedih seakan-akan ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga “ (Al-bidayah wa Nihayah 9/294).

Inilah yang dianjurkan oleh Imam Muhammad bin Sirrin “Hendaklah kalian laksanakan qiyamul lail walaupun hanya sesusuan sapi.” (Azzuhud : 306).

Diceritakan lebih dari satu dari kalangan mereka (generasi awal) bahwa tidak ada hal yang paling mereka sesalkan apabila mereka tinggalkan dalam kehidupan dunia ini kecuali “Puasa diwaktu terik matahari dan shalat ditengah malam”.

Kecintaan mereka kepada qiyamul lail sampai menjadikan mereka merasa sangat sedih apabila malam pergi dan siang datang. Imam Sufyan Atsauri berkata “apabila datang waktu malam aku sangat bahagia dan apabila datang waktu siang aku sangat sedih” (Al-Jarh Wa Ta’dil 1/85).

Abu Yazid memberitakan tentang keadaan Imam Sufyan Atsauri “bahwa apabila datang waktu pagi beliau meluruskan kakinya ke atas tembok dan meletakan kepalanya ke tanah agar darah kembali ke posisinya semula karena qiyamul lailnya yang begitu panjang” (Al-Jarh Wa Ta’dil 1/95).

Karena semangatnya dalam melaksanakan ibadah ini, mereka jadikan ini sebagai pesan utama dari generasi ke generasi. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muawiyah bin Qurrah bahwa apabila selesai melaksanakan shalat isya’ ayahnya berpesan kepada anak-anaknya “Wahai anak-anakku segeralah kalian tidur mudah-mudahan Allah SWT mengaruniakan kalian kebaikan (Qiyamul Lail)” (Az zuhud imam Ahmad 187).

Dari Utsman bin Hukaim, dia bekata, “aku pernah mendengar Sa’id bin Musayyib berkata, ‘selama 30 tahun, setiap kali para muadzin mengumandangkan adzan, pasti aku sudah berada di masjid.”

Beliau juga pernah mengatakan, “aku tidak pernah ketinggalan takbir pertama dalam shalat selama 50 tahun. Aku juga tak pernah melihat punggung para jamaah, karena aku selalu berada di shaf terdepan selama 50 tahun.”

Saat penglihatan beliau mulai melemah seseorang berkata kepada beliau, bawalah obor bersamamu agar menerangi jalan. Beliau berkata: “cukuplah bagiku cahaya Allah”.

Seorang ulama salaf menangis saat mau meninggal, ketika ditanya apa yang membuatmu menangis? Beliau menjawab: “aku menangisi hari dimana aku tidak puasa dan malam dimana aku tidak bangun”

“Setan mengikat pada ujung kepala salah seorang diantara kalian jika tidur dengan tiga ikatan. Masing-masing ikatan mengatakan : “Engkau masih memiliki malam yang panjang, maka tidurlah!’ Jika ia bangun lantas menyebut nama Allah, maka terlepaslah satu ikatan. Jika ia berwudlu, maka lepaslah ikatan berikutnya. Dan jika ia mengerjakaan sholat, maka terlepaslah satu ikatan lagi, sehingga keesokan harinya ia menjadi giat, demikian juga jiwanya akaan menjadi baik. Jika tidak demikian, maka keesokan harinya ia menjadi kotor jiwanya lagi pemalas.” (HR. Muslim 1163).

0 komentar:

Posting Komentar