MENGAJARI ANAK YG BELAJAR MENJADI SHALEH


Foto: ( RUMAH TANGGA ) MENGAJARI ANAK YG BELAJAR MENJADI SHALEH - Setiap tindak tanduk orang tua yang tertangkap oleh mata anak- anak mereka, tidak akan hilang begitu saja. Memori anak yang kuat akan terus merekam. Jika seorang anak sering berkata kasar, bisa jadi karena dia juga sering mendapat perkataan seperti itu dari orang tuanya. Atau mungkin karena si anak seringkali melihat adegan pertengkaran yang dipertontonkan orang tua mereka dirumah. Jika hal ini dibiarkan setiap hari, lama-lama sikap tersebut akan diimitasi, diinternalisasi dan dihabitasi dalam kehidupan anak tersebut.

Mengajarkan ilmu kepada anak, ibarat mengukir diatas batu. Ilmu apapun yang orang tua berikan kepada anak akan dengan mudah terserap. Ini tidaklah mengherankan, karena ketika anak dilahirkan mereka memiliki 100 miliar neuron di otaknya. 

Jika diumpamakan satu unit komputer memiliki 100 neuron (jaringan) maka otak anak akan sama dengan 1 miliar unit komputer. Karena itulah, anak-anak memiliki karakteristik ingatan yang kuat. Maka, disinilah waktu yang tepat untuk para orang tua untuk mengajarkan mereka tentang akidah yang benar, namun tetap dengan bahasa yang mereka bisa pahami

Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mendapatkan wanginya. Dan seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat baunya yang tidak sedap (HR. Bukhari Muslim). 

Itulah pesan Rasulullah yang mulia, agar kita berhati- hati dalam memilih teman, serta peka terhadap pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitar kita. hal yang sama juga berlaku bagi anak- anak kita. Mereka yang polos kadang belum mengerti tentang bagaimana mereka harus berteman. 

Maka disinilah tantangan bagi orang tua untuk kemudian menyelamatkan anak mereka dari pengaruh buruk yang akan membentuk kepribadiannya dimasa depan

Anak bersikap bandel dan tidak mau dinasehati. Ketika berada dalam keadaan seperti ini, sebaiknya orang tua menghindarkan diri dari caci maki dan kemarahan yang hanya akan membuat mereka semakin menjauh. 

Ketika emosi sudah mulai memuncak, orang tua harus pandai dalam menguasai diri, katakan pada diri bahwa toh mereka masih anak- anak, yang mungkin belum sepenuhnya mengerti tentang sebuah akibat. Kitapun pernah pada usia mereka, dan pastilah saat itu kita pun tidak ingin dibenarkan dengan cara yang kasar. Selain itu, orang tua juga harus belajar tentang keikhlasan. Ridho allah adalah tujuan terbaik, dan jalan menggapainya adalah dengan ikhlas.

Keikhlasan hati orang tua akan membuat apa yang mereka sampaikan mudah diserap dan dipahami anak. Dan yang tidak kalah penting, adalah dengan terus mendoakan mereka, supaya selalu berada dijalan Allah, dan kelak menjadi generasi islami yang membanggakan.�

Setiap tindak tanduk orang tua yang tertangkap oleh mata anak- anak mereka, tidak akan hilang begitu saja. Memori anak yang kuat akan terus merekam. Jika seorang anak sering berkata kasar, bisa jadi karena dia juga sering mendapat perkataan seperti itu dari orang tuanya. Atau mungkin karena si anak seringkali melihat adegan pertengkaran yang dipertontonkan orang tua mereka dirumah. Jika hal ini dibiarkan setiap hari, lama-lama sikap tersebut akan diimitasi, diinternalisasi dan dihabitasi dalam kehidupan anak tersebut.

Mengajarkan ilmu kepada anak, ibarat mengukir diatas batu. Ilmu apapun yang orang tua berikan kepada anak akan dengan mudah terserap. Ini tidaklah mengherankan, karena ketika anak dilahirkan mereka memiliki 100 miliar neuron di otaknya.

Jika diumpamakan satu unit komputer memiliki 100 neuron (jaringan) maka otak anak akan sama dengan 1 miliar unit komputer. Karena itulah, anak-anak memiliki karakteristik ingatan yang kuat. Maka, disinilah waktu yang tepat untuk para orang tua untuk mengajarkan mereka tentang akidah yang benar, namun tetap dengan bahasa yang mereka bisa pahami

Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mendapatkan wanginya. Dan seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat baunya yang tidak sedap (HR. Bukhari Muslim).

Itulah pesan Rasulullah yang mulia, agar kita berhati- hati dalam memilih teman, serta peka terhadap pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitar kita. hal yang sama juga berlaku bagi anak- anak kita. Mereka yang polos kadang belum mengerti tentang bagaimana mereka harus berteman.

Maka disinilah tantangan bagi orang tua untuk kemudian menyelamatkan anak mereka dari pengaruh buruk yang akan membentuk kepribadiannya dimasa depan

Anak bersikap bandel dan tidak mau dinasehati. Ketika berada dalam keadaan seperti ini, sebaiknya orang tua menghindarkan diri dari caci maki dan kemarahan yang hanya akan membuat mereka semakin menjauh.

Ketika emosi sudah mulai memuncak, orang tua harus pandai dalam menguasai diri, katakan pada diri bahwa toh mereka masih anak- anak, yang mungkin belum sepenuhnya mengerti tentang sebuah akibat. Kitapun pernah pada usia mereka, dan pastilah saat itu kita pun tidak ingin dibenarkan dengan cara yang kasar. Selain itu, orang tua juga harus belajar tentang keikhlasan. Ridho allah adalah tujuan terbaik, dan jalan menggapainya adalah dengan ikhlas.

Keikhlasan hati orang tua akan membuat apa yang mereka sampaikan mudah diserap dan dipahami anak. Dan yang tidak kalah penting, adalah dengan terus mendoakan mereka, supaya selalu berada dijalan Allah, dan kelak menjadi generasi islami yang membanggakan.�

0 komentar:

Posting Komentar