• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Tampilkan postingan dengan label Tausyah Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tausyah Islami. Tampilkan semua postingan

JADWAL MEMBACA ALQUR'AN DI BULAN RAMADHAN


Silahkan anda memilih, semakin banyak akan semakin baik. Karena di bulan Ramadhan Allah lipat gandakan pahala sampai 10x lipat.
 (Ayo kita hatamkan Al Qur'an di bulan Ramadhan 1x
Subuh : 4 hlm
Dhuhur : 4 hlm
Ashar : 4 hlm
Maghrib: 4 hlm
Isya' : 4 hlm
(Ayo kita hatamkan Al Qur'an di bulan Ramadhan 2x
Subuh : 8 hlm
Dhuhur : 8 hlm
Ashar : 8 hlm
Maghrib: 8 hlm
Isya' : 8 hlm
 (Ayo kita hatamkan Al Qur'an di bulan Ramadhan 3x
Subuh : 12 hlm
Dhuhur : 12 hlm
Ashar : 12 hlm
Maghrib: 12 hlm
Isya' : 12 hlm
 (Ayo kita hatamkan Al Qur'an dalam seminggu
Subuh : 10 hlm
Dhuhur : 10 hlm
Ashar : 10 hlm
Maghrib: 7 hlm
Isya' : 20 hlm
sahur : 30 hlm
 (Ayo kita hatamkan Al Qur'an di bulan Ramadhan 30x berarti 1 hri khatam 1x
Subuh : 100 hlm
Dhuhur : 90 hlm
Ashar : 50 hlm
Maghrib: 80 hlm
Isya' : 180 hlm
sahur : 100 hlm
 dg hal yang remeh anda bisa mendapatkan pahala yg banyak. (Sebarkan!)
"Orang yg menunjukkan pada kebaikan, itu (mendapat pahala) seperti orang yg mengerjakannya" (Hadits)
Berikut adalah jadwal -dengan izin Allah- anda bisa menghatamkan Al Qur'an setiap minnggunya di bulan Ramadhan:
1- Sabtu: Al Baqoroh - Ali 'Imron.
2- Ahad: Ali 'Imron - Al Maidah.
3- Senin: Al An'am - At Taubah.
4- Selasa: Yunus - An Nahl.
5- Rabo: Al Isra' - An Nur.
6- kamis: Al Furqan - Saba' & Fatir.
7- Jum'at: Yasin - Al Hadid.
8- Sabtu- Al Mujadilah - An Naas.
 Sebarkan ke teman-temanmu, semoga tercatat sebagai amal kebaikan. Jazakallahu khairan sudah ikut menshare.
MARHABAN YA RAMADHAN

Keutamaan Ramadhan

Muhasabah Diri Menggapai Masa Depan

Di akhir tahun 2008 Masehi dan tahun 1429 Hijriyah, ada baiknya kita mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dan persiapan untuk menggapai masa depan yang lebih baik, hal tersebut diisyaratkan oleh Allah Swt. Dalam firmannya surat al-Hasyr : (59 : 18)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan”.
Menurut tafsir Syekh Syihabuddin Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi dalam kitabnya Ruhul Ma'ani : " setiap perbuatan manusia yang telah dilakukan pada masa  lalu, mencerminkan perbuatan dia untuk persiapan diakhirat kelak. Karena hidup didunia bagaikan satu hari dan keesokan harinya merupakan hari akherat, merugilah manusia yang tidak mengetahui tujuan utamanya".
Jika kita berfikir tujuan utama manusia hidup didunia ialah mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal yaitu akherat, lalu sudahkah perbuatan yang telah dilakukan kita merupakan manifestasi kecintaan kita kepada Allah Swt?.
Cermin yang paling baik adalah masa lalu, setiap individu memiliki masa lalu yang baik ataupun buruk, dan sebaik-baik manusia adalah selalu mengevaluasi dengan bermuhasabah diri dalam setiap perbuatan yang telah ia lakukan. Sebagaimana pesan Sahabat Nabi Amirul Mukminin Umar bin Khottob : " حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا " 
" Evaluasilah (Hisablah) dirimu sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak"
Pentingnya setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu mengintrospeksi tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Swt. yang segala sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya diakherat kelak. Dan sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia lakukan, lalu menatap hari esok yang lebih baik. Sebagaimana Dalam sebuah ungkapan yang sangat terkenal Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Barang siapa yang hari ini, tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk dairpada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat”
Untuk itu, takwa harus senantiasa menjadi bekal dan perhiasan kita setiap tahun, ada baiknya kita melihat kembali jalan untuk menuju takwa. Para ulama menyatakan setidaknya ada lima jalan yang patut kita renungkan mengawali tahun ini dalam menggapai ketakwaan. Jalan-jalan itu adalah:

1.    Muhasabah

Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita.

2.    Mu’ahadah

Yaitu mengingat-ingat kembali janji yang pernah kita katakan. Setiap saat, setiap shalat kita seringkali bersumpah kepada Allah : إيّاك نعبد و إيّاك نستعين 
Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolong. Kemudian kita berjanji ;  ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين  إن صلاتي “Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Rabb semesta alam”. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali mengingat-ingat janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan. Inilah yang disebut dengan mua’ahadah.

3.    Mujahadah
Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt. Allah menegaskan dalam firmannya : والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Orang-orang yang sungguh (mujahadah) dijalan Kami, Kami akan berikan hidayah kejalan kami.

Terkadang kita ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan, hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah.

4.    Muraqabah


Adalah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya adalah Ihsan. 
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك" 
artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Muraqabah atau ihsan adalah diantara jalan ketakwaan yang harus kita persiapkan dalam menyongsong dan mengisi lembaran tahun baru.

Dulu dimasa sahabat, sikap muraqabah tertanam dengan baik dihati setiap kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh kisah. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab : Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja. Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia pun menangis dan kemudian memerdekakannya. 

Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dalam segala hal. Itulah yang disebut dengan muraqabah. Muraqabah adalah hal yang sangat penting ketika kita ingin menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita ditahun ini dan tahun yang akan datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap muslim, insya Allah kita tidak akan terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam Ghazali mengatakan : ‘Aku yakin dan percaya bahwa Allah selalu melihatku maka aku malu berbuat maksiat kepada-Nya”.

5.    Mu’aqobah

Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca al-Qur’an ‘iqoblah diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.
    
    Mengawali tahun 2009 Masehi dan tahun 1429 Hijriyah ini, mari takwa harus kita jadikan hiasan diri, bekal diri, dengan menempuh lima cara tadi. Yaitu muhasabah, muahadah, mujahadah, muraqabah dan mu’aqabah. Evaluasi diri, mengingat-ingat janji diri, punya kesungguhan diri, selalu merasa diawasi Allah dan memberikan hukuman terhadap diri kita sendiri. Jika lima hal ini kita jadikan bekal Insya Allah menapaki hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kita akan selalu menapakinya dengan indah dan selalu meningkat kualitas diri kita, insya Allah.

Puasa dan Pendidikan

Puasa pada hakikatnya adalah riyadah dan mujahadah (upaya latihan dan perjuangan dan terapi penahanan nafs diri atau jiwa) dari ketidakseimbangan pendayagunaan tiga potensi, yaitu akal, kemarahan, dan syahwat. Akal yang tidak didayagunakan secara baik akan melahirkan manusia yang sombong dan durhaka, kemarahan yang tidak digunakan dengan baik akan membawa manusia kesembronoan tindakan, dan syahwat yang tidak terkendali akan membawa manusia pada pemuasan nafsu kebinatangan. Keseimbangan potensi akal, marah, dan syahwat akan membawa manusia pada keutamaan jiwa atau empat kebajikan utama yang meliputi kebijaksanaan, keberanian, keterjagaan diri dan moderasi ketiga potensi itu akhirnya membawa pada keadilan sikap. Manusia yang memiliki keempat sifat ini dinyatakan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Mizan al-‘Amal sebagai orang yang berakhlak baik, dan pada gilirannya akan membawanya pada kebahagiaan.
Apakah kemudian keutamaan akhlak yang membawa kebahagiaan ini dengan mudahnya dapat dicapai oleh seorang muslim yang berpuasa? Jika ia berpuasa dengan baik, dalam pengertian manusia benar-benar menghayati terapi pembiasaan, pelatihan dan penahanan diri ini, niscaya jawabannya adalah “iya”, insya Allah.
Kebahagiaan merupakan tuntutan dan tujuan manusia dari sejak dahulu hingga akhir zaman. Kebahagiaan dengan demikian adalah capaian yang niscaya. Namun kenyataannya, sebagian manusia hanya mengejar kebahagiaan atau kenikmatan jasad yang meliputi kesehatan, kekuatan, keelokan, dan panjang umur, kebahagiaan eksternal yang meliputi harta, keluarga, kemuliaan dan kehormatan keturunan, namun melupakan kebahagiaan akhirat, dan kenikmatan  taufik Allah. Disangkanya kesempurnaan,  keterpenuhan hasrat perut, dan seksualitas adalah tujuan dan puncak kebahagiaan. Padahal, ketika manusia lupa pada tujuan penciptaannya, maka hakikatnya pada saat itu ia tidak berbeda dengan binatang ternak yang dikuasai dorongan-dorongan biologisnya.
Puncak kebahagiaan dunia adalah kemuliaan, kedudukan, kekuasaan, dan keterlepasan dari kesedihan dan kegundahan, dan senantiasa dalam kesenangan dan kegembiraan. Sementara itu kebahagiaan akhirat sebagai kebahagiaan puncak adalah keterlepasan dari kesedihan dan kegundahan, dan senantiasa dalam kesenangan dan kegembiraan untuk selama-lamanya. Namun untuk mencapai kesemuanya pun menurut Al-Ghazali harus pula dengan ilmu dan ‘aktifitas’ amal.
Dihubungkan dengan kebahagiaan puncak, maka empat kebajikan utama yang berasal dari moderasi diri atau kebahagiaan jiwa merupakan prasyarat utama menuju kebahagiaan puncak tersebut. Karena subjek utama kebahagiaan itu adalah jiwa. Sebagaimana ditegaskan Nabi Muhammad sebagai berikut. Dari Nu’man ibn Basyir berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda yang artinya: “Ingatlah bahwa sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, ketika ia baik, baik pula seluruh jasad itu, dan ketika rusak, rusak pula seluruh jasad itu, ingatlah ia adalah hati (H.R. al-Bukhari).
Mencapai kebahagiaan mutlak menghajatkan penyempurnaan jiwa dan hal itu meniscayakan untuk mengetahui keutamaan-keutamaan jiwa.  Dinyatakan oleh Mahmud Zaqzuq bahwa keutamaan itu adalah kesiapan terus menerus untuk mengerjakan kebaikan. 
Menurut al-Ghazali, dalam Mizan al-‘Amal, kebahagiaan itu dapat dicapai dengan mensucikan jiwa serta menyempurnakannya dengan riyadah, mujahadah dan tabattul (beribadah menghadap penuh pada Allah) dengan cara mencapai keutamaan-keutamaan jiwa. Keutamaan jiwa ini dalam pandangan Al-Ghazali juga termasuk pokok-pokok agama atau ushul al-din.
Yang dimaksudkan al-Ghazali sebagai amal yang membawa kebahagiaan tidak lain adalah latihan atau riyadah memerangi syahwat diri. Dengan meminimalkan godaan shahwat itu juga akan meminimalkan  sebab-sebab atau faktor kegundahan. Dan memang tidak ada jalan untuk melenyapkan hal itu, kecuali dengan riyadah atau mujahadah (latihan dan perjuangan). Kesemuanya ini disebut ‘amal’ yang mengantarkan pada kebahagiaan. Al-Ghazali menyatakan:
Adapun yang dimaksud dengan ‘amal’ tidak lain adalah melatih syahwat nafsaniyah, memperbaiki atau memenjarakan  kemarahan dan memotong sifat- sifat ini, sehingga tunduk pada akal dan tidak dapat menguasai akal itu, juga menundukkannya untuk memenuhi kehendak. Barangsiapa yang mampu menundukan syahwat, maka dialah manusia merdeka sejati, bahkan pemilik atau raja. Meminimalkan shahwat berarti juga meminimalkan sebab- sebab atau sarana kegelisahan kesedihan dan tidak ada jalan untuk memalingkan syahwat kecuali dengan riyadah dan mujahadah (inilah yang disebut ‘amal).

Dalam halaman lain al-Ghazali menyatakan bahwa yang dimaksud dengan amal itu adalah memecah syahwat dengan cara memalingkan kekeruhan jiwa menuju dimensi vertikal, agar terhapus dari pengaruh jiwa kotor, hubungan rendah yang terkait dengan dimensi rendah.
Amal dapat pula dimaknakan dan dikaitkan atau dikembalikan  dengan mujahadat al-nafs dengan menghilangkan sesuatu yang tidak sepatutnya. Tentang arti mujahadah dikatakan oleh al-Ghazali bahwa ia adalah mengobati jiwa dengan cara mensucikannya untuk memperoleh kebahagiaan.
Hal tersebut sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Syams ayat 9-10 yang mendeskripsikan keberuntungan manusia yang mensucikan jiwanya, dan kerugian manusia yang mengotori jiwanya (Qad Aflaha Man Zakkaha wa Qad Khaba Man Dassaha).
Dalam amatan al-Ghazali ada tiga kategori manusia dalam memerangi hawa nafsu. Pertama manusia yang dikalahkan dan dikuasai hawa nafsunya. Kedua,  terjadi pertarungan antara jiwa dengan nafsu silih berganti, kadang nafsu menguasai dan kadang dikuasai. Ketiga, dapat mengalahkan dan menguasai hawa nafsu laksana raja. Hendaknya manusia jenis pertama dapat mencapai derajat kedua, dan derajat kedua dapat mencapai derajat ketiga. 
Al-Ghazali kemudian menyangkal dugaan sementara manusia yang menyatakan bahwa akhlak itu tidak dapat diubah. Al-Ghazali berargumentasi bahwa seandainya akhlak itu tidak dapat diubah, niscaya kita tidak akan diperintahkan untuk memperbagus akhlak kita, sebagaimana sabda Nabi Muhammad, “Hassinu Akhlaqakum” dan akan sia-sia aneka wasiat nasehat motivasi berbuat baik dan teguran. Bukankah hewan pun dapat dididik menjadi lebih baik.
Menurut Al-Ghazali segala yang diciptakan Allah itu tidak lepas dari dua kemungkinan. Pertama, tidak dapat diubah dengan perbuatan atau usaha manusia, seperti langit, bintang,dan  anggota badan kita. Kedua, ciptaan Allah yang menerima kesempurnaan  setelah ditemukan syarat-syarat pendidikan dengan memaksimalkan ikhtiar. Proses demikian dapat diamati misalnya dari biji kurma yang berubah menjadi pohon kurma dengan pemeliharaan. Konteks puasa sebagai upaya penundukan nafsu ammarah (kemarahan dan syahwat) adalah dalam rangka perbaikan atau pendidikan akhlak ini.
Memang melepaskan akhlak tercela yaitu syahwat dan amarah (ghadab) tidak akan tercapai seketika. Namun jika manusia berkehendak mengendalikan dan memaksa syahwat dan ghadab itu dengan mujahadah dan riyadah yang tujuannya adalah untuk menyempurnakan jiwa dan juga membersihkannya, niscaya manusia akan  mampu. 
Nah, semoga dengan puasa yang kita jalankan selama sebulan di tiap tahun ini, kita dapat memaknai pendidikan riyadah dan mujahadah ini dengan lebih baik, sehingga dapat mengantarkan kita pada kebahagian jiwa yang pada gilirannya nanti membawa pada kebahagiaan akhirat. Amin.

Yang DibolehkanDalam Puasa

Orang yang sedang berpuasa dibolehkan mandi, dan mendinginkan badan 
ketika cuaca terasa panas. Orang yang sedang berpuasa juga dibolehkan dalam keadaan junub saat pagi menjelang. Hal ini tidak membatalkan puasanya. Namun, akan lebih baik baginya jika segera bersuci dari hadas tersebut, agar bisa melaksanakan salat tepat pada waktunya dan juga membaca beberapa ayat al-Qur`ân.

Orang yang sedang berpuasa pun dibolehkan memakai celak, dan memakai obat tetes mata. Asalkan, ketika ada benda yang turun ke tenggorokan ia tak menelannya.

Dibolehkan juga memasukkan suntikan untuk pengobatan atau penambah kekebalan tubuh, sebagaimana dibolehkannya berkumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dengan tidak berlebih lebihan.

Begitu juga tidak akan membatalkan puasa, jika ada hal-hal yang sulit dihindari masuk tertelan, seperti air ludah, debu jalanan, atau terigu yang sedang diayak.

Orang yang berpuasa dibolehkan untuk makan , minum atau melakukan hubungan suami isteri setelah waktu maghrib hingga fajar tiba.


(Disunting dari al-Shiyâm fî 'l-Islam, karya Dr. Ahmad Umar Hasyim. Penyunting dan alih bahasa: Yessi Afdiani NA.)

Mensikapi Dua Iedul Fitri

Fenomena shalat ied dua kali dalam satu negara, karena perbedaan pendapat dalam menentukan tanggal 1 Syawwal, akhir-akhir ini muncul di beberapa negara Islam. Tidak hanya di Indonesia, di Pakistan juga demikian. Mudah-mudahan ini tidak sampai menimbulkan perpecahan antar umat Islam. Mudah-mudahan perbedaan seperti itu bisa dijadikan penggugah kesadaran umat Islam bahwa mereka memang terkadang berbeda dalam masalah furu'iyah, atau amalan ibadah , namun hati mereka tetap satu, tidak pernah berbeda. 
Secara hukum fiqh, hari raya yang benar adalah yang diumumkan oleh pemerintah, sesuai hadist A'isyah bahwa Rasulullah bersabda "Hari raya Idul Fitri kalian adalah dimana mereka semua ber-Idul Fitri, hari Idul Adha kalian adalah dimana mereka semua ber-Idul Adha dan hari Arafat kalian adalah dimana mereka semua melaksanakan wukuf" (H.R. Tirmidzi).
Para Fuqaha juga sepakat mengatakan bahwa apabila ada satu atau dua orang melihat hilal, sehingga belum kuat untuk dijadikan landasan bagi pemerintah untuk menentukan hari ied, ia wajib berbuka puasa sendiri dan mengikuti shalat Ied besoknya bersama masyarakat. Namun kalau kita mengatakan bahwa saudara-saudara kita yang melaksanakan shalat ied sebelum pemerintah tidak sah shalatnya, tentu ini juga kurang bijaksana tidak membawa maslahah apapun, selain akan memicu perpecahan juga akan membuka prasangka buruk antar sesama muslim, toh mereka yang melaksanakan shalat Ied lebih dulu mempunyai alasan dan dalil sendiri.
Para ulama, imam-imam masjid dan da’i publik selayaknya memberikan penjelasan kepada masyarakat awam tentang fenomena perbedaan metodologi dalam penentuan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri, termasuk wawasan tentang rukyah dan hisab serta landasan metodologisnya. Ini akan membantu memperluas wawasan masyarakat terhadap masalah perbedaan dan khilafiyah yang wajar terjadi dalam pemahaman agama, sehingga tidak mengarah kepada ketegangan antar umat Islam.
Bagi yang melaksanakan Iedul Fitri lebih dulu, sebaiknya tidak perlu menyalahkan yang belum iedul fitri dan tidak melakukan tindakan provokatif yang tidak sehat, seperti sengaja makan dan minum di depan yang masih puasa demi tujuan provokatif.
Masyarakat hendaknya diberi kebebasan dalam memilih masjid untuk sholat Ied. Apabila seseorang ikut Idul Fitri hari ini, padahal masjid di dekat rumahnya melaksanakan sholat Idul Fitri besok, maka ia cukup buka puasa diam-diam di rumah dan besoknya bisa ikut berjamaah Idul Fitri bersama masyarakat sekitarnya. Ini seperti orang yang melihat hilal sendirian tanpa dua orang saksi sehingga pendapatnya tidak dijadikan pijakan oleh pemerintah.
Mengenai masalah hukum keharaman puasa pada hari Idul Fitri, selayaknya dikembalikan kepada keyakinan masing-masing dalam menentukan hari Idul Fitri. Allah maha adil dalam menghukumi amalan hambaNya. Tidak perlu membahas siapa yang dosa dan siapa yang menanggung dosa. Semua kita kembalikan kepada Allah Yang Maha Bijaksana.
Fenomena perbedaan penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri selayaknya kita angkat sebagai wahana mengembangkan toleransi di antara umat Islam maupun antar umat beragama. Fenomena ini jangan dijadikan pemicu perpecahan umat Islam, namun layaknya dijadikan tauladan bagi kehidupan beragama yang ragam namun tetap menjunjung kebersamaan dan persatuan.
Bagaimana kalau  ikut sholat ied dua kali?  Apakah boleh seseorang melaksanakan satu shalat yang sama dua kali, padahal seharusnya dilaksanakan sekali?
Kalau itu shalat witir, jelas ada nash hadist yang mengatakan "Tidak ada dua witir dalam satu malam" (Tirmidzi diperkuat oleh Bukhari).  Ini juga karena witir yang artinya ganjil kalau dilaksanakan dua kali menjadi genap. Ada juga hadist yang berbunyi "Jangan kalian sholat yang sama dua kali dalam sehari" (h.r. Abu Dawud). Tapi hadist ini secara eksplisit mengatakan dilarang kalau dilakukan dalam satu hari.
Masalah mengulangi sholat jamaah, ulama berbeda pendapat.
Pendapat pertama mengatakan makruh dengan dalil pernah Rasulullah s.a.w. ingin sholat di satu masjid di pinggiran kota Madina, tetap beliau menemukan mereka telah sholat, lalu beliau pulang lalu mengumpulkan keluarganya untuk sholat jamaah" (h.r. Thabrani-dlaif).
Pendapat mayoritas ulama mengatakan boleh saja mengulang jamaah. Pendapat ini menggunakan dalil hadist Abu Said al-Khudri: Suatu hari datang seseorang ke masjid, padahal Rasulullah s.a.w. telah selesai jamaah, lalu beliau berkata: "Siapa yang ingin mendapatkan pahala dengan menemani orang ini sholat?" lalu berdirilah salah seorang sahabat dan sholat bersama orang tadi. (h.r. Tirmidzi, Abu Dawud dll. – sahih). Ini menunjukkan diperbolehkannya mengulang sholat yang sama dua kali.
Melihat dari dalil-dalil di atas, sepertinya pendapat yang lebih kuat adalah memperbolehkan sesorang untuk melaksanakan sholat Ied dua kali. Semoga bermanfaat.
Muhammad Niam
Dewan Asatidz

Sudah Pantaskah Kita Meminta

01. seandainya anda seorang
direktur | dan ada seorang
karyawan menghadap


02. dengan lantang karyawan
itu mengucap | "bos, naikin gaji
saya 2x lipat dong, saya akan
kerja 2x lipat lebih rajin"


03. pertanyaannya adalah |
"apakah anda sebagai bos akan
naikin gaji karyawan itu atau
nggak?"


04. jawaban kita sebagai "bos"
bisa berbeda  | tapi bila saya
yang jadi bos, saya nggak akan
naikin gajinya karyawan
beginian


05. dan saya akan bilang sama
karyawannya | "kamu kerja
dulu 2x lipat, saya pasti gaji 2x
lipat"


06. bos akan naikin gaji yang
PANTAS naik gaji | bukan yang
minta naik gaji lalu baru coba
jadi PANTAS


07. sama halnya dengan
meminta pada Allah |
kepantasan inilah yang jadi soal
dan penentu


08. Allah memang Maha Rahman
dan Maha Rahim | tentu bisa
ada kasus dimana Allah
memberikan sekehendak-Nya


09. tapi Allah juga Maha Adil |
artinya bila karyawan yang
belum pantas saja mungkin
ditolong | maka karyawan yang
pantas PASTI ditolong 


10. perhatikan | "dan Kami
selalu berkewajiban menolong
orang-orang yang beriman" (QS
30:47)


11. jadi daripada berkata "bila
aku sembuh aku akan umrah" |
lebih baik umrah lah dan minta
kesembuhan pada Allah 


12. daripada berkata "bila aku
diterima kerja aku akan shalat
tahajjud" | lebih baik shalat
tahajjud duu lalu minta
kemudahan 


13. zaman ini kita lebih pinter
mendikte Allah | modusnya "Ya
Allah, kalau Engkau kabulkan
(permintaan), aku akan lakukan
(ketaatan)


14. padahal sudah jelas |
PANTAS dulu | baru PINTA


15. lihat bagaimana kita
melafadzkan surah Al-Fatihah |
kita memuji Allah dulu,
mengagungkan-Nya, mengiba
pada-Nya | baru deh minta 


16. nggak perlu mendikte Allah |
Allah lebih tahu keperluanmu |
jalankan ketaatanmu maksimal |
Allah mana mungkin
mengabaikan?


17. harusnya itu Allah yang
mengatakan | "kamu lakukan
(ketaatanmu), Aku kabulkan
(permintaanmu) | iya atau iya?
iya aja deh ya? hehe.. XD


18. contohnya | "Wahai orang-
orang beriman, jika kamu
menolong (agama) Allah, Dia
akan menolongmu dan
meneguhkan
kedudukanmu" (QS 47:7)


19. yang maksiat ya taubat
dulu, ubah diri dulu baru
meminta | yang sudah taat, ya
tingkatkan ketaatan lalu
meminta 


20. "kalau aku lulus aku akan
berhijab" | salah, yang bener?
>> "berhijab dulu, belajar, Allah
mudahkan insyaAllah"


21. "kalau aku udah haji baru
berhijab" | kuno, yang bener >>
"berhijab sekarang, insyaAllah
dimudahkan haji"


22. "kalau aku dapet suami baik,
baru aku berhijab" | fatal! suami
baik demennya yang taat Allah
lah! >> "hijab, insyaAllah
suamimu OK!"


23. Allah Maha Adil dan Allah
Maha Melihat | yakinlah Allah
takkan salah perhitungan
apalagi salah memberi
balasan.


Semoga Bermanfaat

Ushul Sunnah wa I’tiqad Dien, Abu Zur’ah Ar-Razi (Wafat 264 H) + Abu Hatim (Wafat 277)

 USHULUS SUNNAH WA I’TIQAD DIEN

Ibnu Abi Hatim
Aku bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah radliyallahu'anhuma tentang
madzhab Ahlus Sunnah dalam masalah ushuluddin (pokok–pokok agama) juga tentang
pemahaman para ulama di berbagai kota yang mereka ketahui, serta apa saja yang mereka
berdua yakini. Maka, keduanya berkata : Kami telah berjumpa dengan para ulama di
seluruh kota baik di Hijaz, Iraq, Mesir, Syam maupun Yaman, maka diantara madzhab yang
mereka anut adalah1:
1. Iman itu berupa perkataan dan perbuatan2, bertambah dan berkurang3.
2. Al–Qur’an adalah kalam Allah dan bukan makhluk, dalam segala aspeknya4.
3. Takdir yang baik maupun yang buruk adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala5
4. Di kalangan ummat ini, sebaik–baik orang setelah Nabi adalah Abu Bakar Ash–Shiddiq,
kemudian ‘Umar bin Al–Khattab, lalu ‘Utsman, lalu ‘Ali bin Abu Thalib radliyallahu
1 Periwayatan hadits diatas dapat dilihat pada text asli dalam bahasa arabnya
2 Perkataan (ucapan) dengan lisan, keyakinan dengan hati dan perbuatan dengan anggota badan
3 Banyak dalil mengenai hal itu, diantaranya adalah firman Allah Ta’ala : “Dan orang – orang yang
mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka
(balasan) ketaqwaannya.” (Muhammad 12). Allah Ta’ala juga berfirman : “Dan supaya orang –
orang yang beriman bertambah imannya.” (Al-Muddatstsir 31). Dia juga berfirman pula : “Dan
apabila kepada mereka dibacak ayat-ayat-Nya, maka bertambah iman mereka.” (Al-Anfal 2)
4 Ia dihafal di dalam dada, diucapkan dengan lidah dan ditulis di berbagai mushaf. Barangsiapa yang
berkeyakinan bahwa Al–Qur’an itu makhluk, maka ia adalah seorang penganut faham Jahmiyah
yang sesat. Ahlus Sunnah wal Jama’ah bersepakat bahwa Al–Qur’an adalah kalam Allah dan
bukan makhluk.
Peringatan:
Sebagian ahlul ahwa’ dan orang–orang yang di dalam hatinya ada penyakit, menyatakan bahwa Al-Imam Al-
Bukhari berkata : “Bacaan Al-Qur’anku adalah makhluk.” Pernyataan ini merupakan kebohongan dan
kedustaan yang diatasnamakan Al-Bukhari Abu ‘Abdillah ‘sang matahari agama dan dunia’ rahimahullah. Itu
tidak lain merupakan perkataan orang–orang yang memusuhi dan dengki.
Muhammad bin Nashr berkata : “Saya pernah mendengar Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari
berkata : “Barangsiapa menyatakan bahwa aku pernah mengatakan : ‘Bacaan Al-Qur’anku adalah
makhluk maka sesungguhnya ia adalah seorang pendusta. Sungguh aku tidak pernah
mengatakannya.’ Maka saya bertanya kepadanya : “Wahai Abu Abdillah, orang–orang banyak
sekali memprbicangkan hal ini ?” Ia menjawab : “Yang benar hanyalah apa yang kukatakan ini.”
Lihat ‘Hadyus Sari Muqaddimmah Fathul Bari’ 492, ‘Thabaqat Al-Hanabillah’ 1/227, ‘Siyar A’lam
An-Nubala’ XII/457, ‘Mukhtashar Ash-Shawa’iq’, Ibnul Qayyim.
5 Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya, segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir.” (Al-Qamar
49). Takdir adalah rahasia Allah. Barangsiapa yang tidak menerima ketentuan dan takdir Allah
dengan ridla, maka hidupnya tidak akan tenang.
Copyleft © 2001 www.perpustakaan-islam.com - Islamic Digital Library 2
'anhum. Mereka Khulafaur Rasyidun Al–Mahdiyun para khalifah yang berpegang teguh
kepada agama dan mengikuti kebenaran6.
5. Bahwa sepuluh sahabat yang disebut dan dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam masuk jannah, mereka itu sesuai dengan pernyataan beliau7 dan perkataan
beliau itu benar.
6. Memintakan kasih sayang8 bagi seluruh sahabat serta keluarga Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam, serta menahan untuk membicarakan perselisihan yang terjadi diantara
mereka.
7. Bahwa Allah berada di atas ‘Arsy-Nya9, terpisah dari seluruh makhluk-Nya,
sebagaimana sifat yang diberitahukan-Nya dalam kitab-Nya melalui lisan Rasul-Nya,
tanpa diketahui kaif (bagaimana)nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
8. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan dapat dilihat di akhirat10. Segenap penduduk jannah akan
melihat-Nya dengan mata kepala mereka. Allah berbicara, sebagaimana dia
berkehendak.
9. Jannah (syurga) adalah benar dan naar (neraka) adalah benar (adanya). Keduanya adalah
makhluk yang kekal abadi11. Jannah adalah balasan bagi para wali-Nya, sedangkan
6 Mengenai hal itu terdapat beberapa hadits shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang
bersabda : “Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin sesudahku.”
Riwayat ini melalui jalur Al-Irbadh bin Sariyah. Adapula riwayat dari Ibnu ‘Umar yang
berkata : “Kami berkata, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup : Sebaik –
baik ummat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam setelah beliau adalah Abu Bakar, Umar kemudian
Utsman.” Muttafaqun ‘Alaih.
7 Ada beberapa atsar (hadits) yang diriwayatkan mengenai hal itu. Dari Sa’id bin Zaid yang berkata :
Bahwa saya pernah mendengar bahwa beliau bersabda : “Sepuluh orang ada di jannah, Nabi di
jannah, Abu Bakar di jannah, Umar di jannah, Utsman di jannah, Ali di jannah, Thalhah di jannah,
Sa’ad bin Malik di jannah, Abdurrahman bin ‘Auf di jannah. Bila aku mau akan kusebutkan yang
kesepuluh.” Para sahabat bertanya : “Siapakah dia ?” Beliau bersabda : “Sa’id bin Zaid” Hadits
shahih yang diriwayatkan oleh Ashabus Sunan selain An-Nasa’i. Adapula riwayat lain yang
menyebutkan kesepuluh orang itu, dari jalur Abdurrahman bin ‘Auf pada riwayat At-Tirmidzi dan
Ibnu Majah dengan sanad shahih. Di situ, yang kesepuluh adalah Az–Zubair bin Al–‘Awwam.
8 Memintakan kasih sayang dan ridla untuk para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
merupakan salah satu sifat hamba–hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, yang di dalam hati
mereka tidak terdapat kebencian, kemunafikan dan kedengkian. Bagaimana mungkin seorang
mukmin tidak memintakan rahmat dan ridla Allah untuk para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, sedangkan mereka semua berada di jannah berdasarkan keterangan dari nash Al-Qur’an :
“Dan Allah menjanjikan, untuk masing–masing al-husna (kebaikan).” Al-Husna (kebaikan) disini
artinya jannah. Allah sendiri telah menyatakan keridlaan-Nya kepada mereka : “Allah meridlai
mereka dan mereka pun ridla kepada Allah.”
9 Bersemayamnya Allah di atas ‘Arsy-Nya disebutkan dalam tujuh tempat di Al-Qur’an yaitu :
1). Al-A’raf ayat 56
2). Yunus ayat 3
3). Ar – Rad ayat 2
4). Thaha ayat 5
5). Al – Furqan ayat 59
6). As – Sajadah ayat 4
7). Al – Hadid ayat 4
10 Allah Ta’ala berfirman : “Wajah–wajah mu’minin pada hari itu berseri–seri kepada Rabbnya
mereka melihat.” (Al-Qiyamah 22-23). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda : “Sungguh kalian akan
melihat Rabb kalian seperti kalian melihat bulan pada malam purnama…” Hadits ini terdapat dalam kitab–kitab
shahih.
Copyleft © 2001 www.perpustakaan-islam.com - Islamic Digital Library 3
neraka adalah hukuman bagi orang–orang yang bermaksiat kepada-Nya, kecuali yang
mendapatkan rahmat-Nya.
10. Shirath adalah benar (adanya)12.
11. Mizan (timbangan) yang memiliki dua sisi timbangan untuk menimbang amalan para
hamba, yang baik maupun yang buruk adalah benar (adanya)13.
12. Haudh (telaga) yang dijadikan sebagai penghormatan bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dan segenap keluarganya, adalah benar (adanya)14.
13. Syafa’at adalah benar (adanya). Dan bahwa sebagian ahli tauhid keluar dari neraka
lantaran adanya syafa’at, adalah benar 15.
14. Adzab kubur adalah benar (adanya)16.
15. Munkar dan Nakir adalah benar (adanya)17.
16. Malaikat mulia yang mencatat amal perbuatan menusia adalah benar (adanya)18.
17. Kebangkitan setelah mati adalah benar (adanya)19.
18. Para pelaku dosa besar berada dalam masyi’ah (kehendak) Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita tidak mengkafirkan ahli kiblah disebabkan dosa mereka. Kita menyerahkan urusan
batin mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
11 Dalam Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 476-477, Imam Ath-Thahawi berkata : “Ahlus Sunnah
bersepakat bahwa jannah dan neraka adalah dua makhluk yang sekarang telah ada…” Kemudian
beliau menyebutkan banyak dalil, diantaranya Allah Ta’ala berfirman : “Telah disediakan (jannah)
itu bagi orang–orang yang bertaqwa.” (Ali ‘Imran 133). Dia Subhanahu wa Ta’ala juga
berfirman : “Yang telah disediakan (jahannam itu) bagi orang kafir.” (Ali ‘Imran 131). Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda menceritakan kisah ‘Isra’ dan Mi’raj : “Kemudian, saya
memasuki jannah, ternyata ia berupa bukit–bukit permata.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim.
Peringatan Penting :
Salah satu kesalahan yang banyak menimpa para tokoh adalah penisbatan pendapat mengenai
ketidak kekalan neraka, kepada Al-Hafizh Ibnul Qayyim rahimahullah. Hal itu telah diberitakan
kepada kita oleh Doktor Bakr Abu Zaid dalam bukunya, “Asy-Syafa’ah wa Bayaanul Ladzina
Yasyfa’un.”
12 Shirath adalah jembatan di atas Jahannam. Kita memohon kesentosaan dan keselamatan kepada
Allah. Mengenai itu terdapat banyak hadits yang diriwayatkan dalam kitab – kitab shahih, sunan,
musnad dan mu’jam. Lihat buku kami : “Asy-Syafa’ah wa Bayaanul Ladzina Yasyfa’un.”
13 Allah Ta’ala berfirman : “Kami memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat.”
(Al-Anbiya’ 47). Ayat–ayat atau hadits – hadits mengenai hal ini telah diketahui.
14 Hadits – hadits mengenai telaga ini mencapai derajat mutawatir, diriwayatkan oleh lebih dari tiga
puluh sahabat. Lihat “Al-Bidayah wan Nihayah” Ibnu Katsir, “As-Sunnah” Ibnu Abi Syaibah
dan “Ma’arij Al-Qabul” Al-Hakamiy. Dari Anas bin Malik yang berkata : Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda : “Periuk di telagaku besarnya antara Ailah hingga Shan’a di Yaman. Di sana
terdapat gayung sebanyak jumlah bintang – bintang di langit.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim.
15 Lihat buku kami “Asy-Syafa’ah wa Bayaanul Ladzina Yasyfa’un kama Warada fil Qur’an was Sunnah Ash-
Shahihah.”
16 Terdapat hadits–hadits yang diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengenai hal ini. Barangsiapa menyangka bahwa hadits–hadits tersebut tergolong hadits ahad,
maka ia keliru.
17 Namanya disebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan sanad hasan dari
Abu Hurairah.
18 Allah Ta’ala berfirman : “Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat–malaikat yang mengawasi.
Yang mulia dan mencatat.” (Al-Infithar 10-11)
19 Penyebutan tentang kebangkitan ini banyak sekali terdapat dalam Al-Kitab Al-‘Aziz, khususnya
dalam surat–surat Makkiyah, demikian pula dalam sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Copyleft © 2001 www.perpustakaan-islam.com - Islamic Digital Library 4
19. Kita melaksanakan kewajiban jihad dan haji bersama imam–imam kaum muslimin,
disetiap masa.
20. Kita tidak boleh melakukan pembelotan terhadap para imam atau peperangan di masa
fitnah.
21. Kita mendengar dan menta’ati siapa saja yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kita.
Kita tidak akan melepaskan diri dari ketaatan.
22. Kita mengikuti sunnah dan jama’ah serta menghindari sikap menyimpang (nyleneh),
perselisihan dan perpecahan.
23. Jihad berlaku semenjak Allah mengutus Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam hingga
terjadinya hari kiamat, bersama imam–imam kaum muslimin, tanpa ada sesuatupun
yang menghapuskannya.
24. Demikian pula haji.
25. Begitu pula pembayaran zakat saimah20 kepada imam kaum muslimin yang menjadi
pemimpin bagi kita.
26. Pada aslinya manusia secara umum digolongkan mukmin berdasarkan hukum–hukum
dan pewarisan, adapun hakekat keimanan mereka disisi Allah tidak diketahui.
Barangsiapa yang berkata bahwa ia seorang mu’min sejati, maka ia adalah orang yang
berbuat bid’ah. Barangsiapa yang berkata bahwa ia adalah orang yang mu’min disisi
Allah, maka ia termasuk pendusta, sedangkan orang yang mengatakan, “Saya beriman
kepada Allah” maka yang dilakukannya adalah benar21.
27. Kaum Murji’ah adalah kaum yang berbuat bid’ah dan tersesat.
28. Kaum Qadariah adalah kaum yang berbuat bid’ah dan tersesat. Barangsiapa diantara
mereka yang menyatakan bahwa Allah Ta’ala tidak mengetahui apa yang akan terjadi
sebelum terjadinya, maka ia kafir.
29. Kaum Jahmiyah adalah kafir22.
30. Kaum Rafidhah adalah kaum yang menolak Islam.
31. Kaum Khawarij adalah kaum yang meluncur keluar dari agama23.
32. Barangsiapa menyatakan bahwa Al–Qur’an itu makhluk, maka ia orang yang kafir
kepada Allah Yang Maha Agung, dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari millah.
Barangsiapa yang faham tetapi meragukan kekafirannya, maka ia kafir.
20 Saimah ialah binatang – binatang ternak baik itu unta, sapi maupun kambing, yang digembalakan
di padang maupun tanah kosong selama satu tahun atau lebih.
21 Barangsiapa yang ingin lebih mendalami kajian masalah ini, hendaklah ia membaca
Aqidah Thahawiyah hal. 390-395.
22 Jahmiyah adalah nama yang dinisbatkan kepada Jahm bin Shofwan, dialah orang yang
menyatakan peniadaan dan penolakan sifat – sifat Allah.
23 Mereka adalah anjing penduduk neraka, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Al-Bukhari.
Copyleft © 2001 www.perpustakaan-islam.com - Islamic Digital Library 5
33. Barangsiapa yang ragu terhadap Kalam Allah Ta’ala (Al–Qur’an), bimbang mengenainya
dan mengatakan, “Saya tidak tahu apakah makhluk atau bukan makhluk” maka ia orang
yang berfaham jahmiyah.
34. Orang yang bimbang mengenai Al–Qur’an dikarenakan kebodohan, maka harus diajari
dan dibid’ahkan, tetapi tidak dikafirkan.
35. Barangsiapa yang mengatakan “Bacaan Al–Qur’an-ku adalah makhluk” atau “Al–Qur’an
dengan bacaanku adalah makhluk” maka ia adalah orang yang berpaham jahmiyah.
Syaikh Abu Thalib berkata: Ibrahim bin ‘Umar berkata: Ali bin Abdul ‘Aziz berkata : Abu
Muhammad berkata: Saya mendengar ayahku radliyallahu 'anhu berkata :
36. Tanda–tanda ahli bid’ah adalah mengumpat ahlul ‘atsar (orang – orang yang berpegang
teguh dengan sunnah-pent).
37. Tanda–tanda orang zindiq adalah mereka menyebut ahlul ‘atsar sebagai orang hasywiyah,
karena ingin menghapuskan sunnah.
38. Tanda–tanda kaum jahmiyah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
musyabbihah.
39. Tanda–tanda kaum qadariyah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum yang
berpaham jabriyah.
40. Tanda–tanda kaum murji’ah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
mukhalifah (yang suka mempertentangkan) atau nuqshaniyah (yang suka mengurangi.
41. Tanda–tanda kaum rafidhah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum
tsaniyah.
42. Dalam perkara ini telah tersesat banyak kelompok (dalam memahami ahlus sunnah),
padahal ahlus sunnah hanya menyandang satu nama dan nama – nama ini semua tidak
mungkin menyatu (ada) pada mereka.
43. Abu Muhammad bercerita kepada kami, katanya: Dan saya mendengar ayahku dan Abu
Zur’ah mengisolasi orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang dan melakukan
bid’ah, menyalahkan pendapat mereka dengan keras, menolak penulisan buku–buku
dengan pendapat tanpa berdasarkan atsar, melarang berteman dengan ahli kalam atau
membaca buku–buku kaum mutakallimin, serta berkata “Penganut ilmu kalam tidak
akan beruntung selamanya.”
Telah saya sampaikan semuanya, dan segala puji bagi Allah Rabb semua alam,
semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam dan para keluarganya. Akhir kitab I’tiqaduddin.

Keutamaan Ilmu Agama Di Atas Harta Dunia (3-terakhir)

Ilmu bertambah (tumbuh berkembang) terus dengan diamalkan, sedangkan harta berkurang setiap kali diinfaqkan (dikeluarkan)" Ilmu bertambah dengan dua cara, pertama dengan diamalkan, yang kedua dengan disampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu sebagian riwayat datang dengan lafadz "على الإنفاق" yaitu bertambah ilmu tersebut dengan diinfaqkan kepada orang lain . Ilmu bertambah dan tumbuh ketika diamalkan karena ilmu tersebut akan semakin menancap kokoh di dalam hatinya. Dan ilmu akan bertambah ketika disampaikan ke orang lain karena pemiliknya setiap kali menyampaikan ilmu tersebut maka pertama: ilmu yang ada di dalam hatinya akan bertambah dalam, dan yang kedua: semakin banyak orang yang mengetahui ilmu tersebut. Ilmu yang awalnya hanya diketahui oleh satu orang, kemudian disampaikan kepada 5 orang, maka sekarang yang mengetahui ilmu tersebut menjadi 6 orang. Dan orang yang pertama tidak akan kehilangan ilmu tersebut. Jadi ilmu seperti api yang awalnya kecil, apabila diambil darinya maka akan bertambah dan asalnya tidak berkurang. Bahkan sering seseorang ketika menyampaikan suatu masalah, dia justru bisa mengetahui masalah yang lain, yang sebelumnya tidak dia ketahui. Dan ini adalah sebagai balasan dari Allah bagi orang yang berusaha mengajari ilmu bagi manusia, Allah akan mengajari dia juga ilmu. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah mengatakan: يا ابن آدم أنفق أنفق عليك "Wahai anak Adam, berinfaqlah maka Aku akan berinfaq untukmu" (Muttafaqun 'alaihi, dari hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu) Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa infaq disini mencakup infaq ilmu. (Lihat Miftah Daari As-Sa'aadah 1/128). Adapun harta, setiap kali dibelanjakan untuk kepentingan dunia maka dia akan berkurang jumlahnya secara zhahir. "Mencintai ilmu adalah termasuk agama, yang kita beribadah kepada Allah dengan rasa cinta tersebut" Ilmu agama adalah warisan para nabi 'alaihimussalam, Allah mencintai ilmu ini dan mencintai para pembawanya, dan mencintai apa yang dicintai Allah adalah ibadah, oleh karena itu mencintai ilmu adalah termasuk diperintahkan dalam agama dan merupakan ibadah kepada Allah. Adapun mencintai harta dunia maka bukan termasuk ibadah, dan dalam keadaan tertentu bisa tercela. "Ilmu membuahkan ketaatan orang lain kepada orang yang berilmu tersebut semasa dia hidup" Maksudnya seseorang yang berilmu, ilmunya akan menjadi sebab adanya ketaatan orang lain kepadanya, tanpa adanya pemaksaan. Apabila dia berbicara akan didengar, apabila dia berpendapat akan dianggap pendapatnya, bahkan oleh para penguasa sekalipun. Yang demikian karena para ulama mereka tidak berbicara dan berpendapat kecuali dengan ilmu yang diambil dari firman Allah dan hadist Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. "Ilmu meninggalkan sebutan yang baik setelah meninggalnya orang alim tersebut" Maksudnya seorang alim apabila meninggal maka nama baik dan jasanya akan dikenang oleh manusia sepanjang masa. Lihat para ulama yang meninggal ratusan tahun yang silam, dari semenjak para sahabat sampai zaman sekarang, Allah masih mengabadikan nama mereka sampai hari ini. Nama-nama mereka banyak disebut di majelis-majelis ilmu, di kitab-kitab dan lain-lain. Buku-buku mereka masih dibaca dan memenuhi perpustakaan-perpustakaan. "Apa yang diperbuat karena harta akan hilang bersama kemusnahannya" Maksudnya hubungan antara manusia yang hanya didasarkan harta akan musnah bersama musnahnya harta tersebut, seperti seseorang yang mencintai atau menghormati orang lain karena diberi harta, maka ketika dia tidak lagi memberinya harta, diapun tidak lagi mencintai dan menghormatinya. Berbeda dengan hubungan dan saling mencintai karena ilmu maka ini akan kekal meskipun 'alim tersebut sudah tidak bisa memberikan ilmu karena pikun misalnya, bahkan ketika dia sudah meninggal, hati manusia masih mencintainya. "Orang yang menumpuk harta maka mati (nama mereka) sedang mereka dalam keadaan hidup (jasadnya), dan para ulama (namanya) akan tetap ada selamanya; jasad mereka hilang (musnah), tapi sifat-sifat teladan mereka (yaitu para ulama) ada di dalam hati (manusia)" Maksudnya orang yang memiliki harta maka nama-nama mereka tidak disebut, dan tidak terkesan dalam hati manusia apabila harta tersebut tidak sampai manfaatnya kepada mereka, sehingga dia dianggap seperti orang yang sudah mati, meskipun mereka sebenarnya hidup. Ini berbeda dengan ilmu, dimana pemiliknya meskipun sudah meninggal tetapi tetap diingat oleh manusia dalam hati mereka dan sering disebut oleh lisan mereka, seakan-akan para ulama tersebut masih hidup. Demikianlah sebagian keutamaan ilmu agama di atas harta dunia yang disebutkan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, dan Ibnul Qayyim rahimahullahu telah menyebutkan banyak keutamaan ilmu di atas harta dalam kitab beliau Miftah Daar As-Sa'aadah, diantaranya: 1. Ilmu adalah warisan para nabi; sedang harta adalah warisan raja dan orang kaya 2. Ilmu ikut masuk menemani pemiliknya di alam kubur, sedang harta meninggalkan pemiliknya. 3. Ilmu menghakimi harta,dan harta tidak menghakimi ilmu. 4. Ilmu yang bermanfaat hanya Allah berikan kepada orang yang beriman, sedang harta Allah berikan kepada orang mu'min maupun kafir. 5. Seorang 'alim dibutuhkan oleh semua orang dari para raja sampai rakyat jelata, sedangkan orang kaya yang butuh kepadanya hanya orang miskin. 6. Ilmu mengajak pemiliknya untuk tawadhu' dan ikhlash kepada Allah, sedang harta mengajak pemiliknya untuk pamer, menyombongkan diri, bermaksiat serta menyembah kepada harta tersebut. 7. Kelezatan ilmu terus menerus dirasakan, baik ketika diawal dia mendapatkan atau ketika dia mengamalkan dan menyampaikannya. Sedangkan harta nikmatnya hanya di awal ketika dia baru mendapatkannya. Dan bukanlah maksud dari apa yang kita sampaikan di atas, adalah anjuran meninggalkan dunia secara total. Silakan kita bekerja mencari dunia namun jadikanlah ilmu sebagai imam dan pedoman, jadikanlah harta mau diatur dengan ilmu agama. Ilmu agama mengatur supaya kita mencari harta yang halal dan meninggalkan yang haram. Ilmu agama menyuruh kita bertawakkal kepada Allah dan tidak bertawakkal kepada sebab. Ilmu menyuruh kita untuk qanaah (merasa cukup dengan pemberian Allah), meyakini bahwa rezeki sudah ditetapkan oleh Allah, tidak akan bertambah dan tidak berkurang, menggunakan harta di jalan Allah dan tidak menggunakannya dalam kemaksiatan, dan ilmu agama menyuruh kita supaya harta dunia tidak melalaikan kita dari akhirat. Demikian, wa aakhiru da'waanaa anil hamdu lillahi rabbil 'alamin.

ISTIGHFAR MELAPANGKAN JIWA DAN PERBAIKI HIDUP


Istighfar bila diucap akan terasa melapangkan hati, apabila ditambah penyesalan atas kesalahan2, maka akan memperbarui semangat dzikir dan menguatkan keimanan. Siapa saja pernah berdosa, kalo dosa yang dibiarkan akan membuat hati sakit, kehidupan dijalani terasa sempit, kelapangan hanyalah memasrahkan diri untuk mencari redho Allah. Semakin besar ketundukan hati maka semakin lapang, ibadah2nya kian berkembang, hatinya hidup cemerlang, karena Allah lapangkan dadanya, dikarenakan hatinya memang mencari redho-Nya.

Faham kebesaran-Nya hasil dari perenungan pencarian ilmu tentang-Nya, semakin mengembangkan keyakinan keluasan kekuasaan-Nya, kebenaran semua janji-Nya, bahwa hidup akan berujung tiada, shalat melapangkan jiwa, sedekah melancarkan rizkinya, kesadaran dalam merenungi besarnya kehidupan hingga tak disangkal hidup ini milik-Nya, tidak ada rasa menolak semua hukum-hukum-Nya. Jadilah pembela-Nya, karena itu jalan para kekasih-Nya. Para manusia pencari redho-Nya.

Bandingan Syurga dan dunia bagaikan setitik basahan air dengan luasnya air dilautan samudera. Para kekasih Allah senang berkorban karena hidup adalah mengumpulkan sebanyak2nya bekal diakhirat, dalamnya hati mengenal hakikat pengabdian, bahwa dunia hanyalah ujian.

Berlebihan harta dalam kehidupan bagaikan ongkos sebuah tugas yang berlebihan, yang kelak harus dipertanggung jawabkan jauh lebih besar dan jauh lebih mencekam dari audit KPK, setiap nikmat kelak akan ditanya, panca indera dan bisikan hati kita. Dengan apa seumur hidup ini kamu isikan. Dan kenapa harta2, amanah2 anak, keluarga, handai taulan kamu diamkan dalam kesesatan. Hidup hanya sekali, Maka banyaklah beramal shaleh, perbanyak beristighfar, perbarui taubat

Maka dari itu luangkan saat merenungi amalan, apakah ada peningkatan, perbaikan, apa hasilnya sama ataukah malah makin menurun ?, itu tandanya merugi. Jangan biarkan kehidupan ini menjadi sia-sia dengan kerugian akibat penundaan, kemalasan, tanpa ada upaya peningkatan disisi Allah. Karena waktu terus berjalan, demikian juga Jumat yang mulia ini, manfaaatkan sebaik-baiknya agar Allah lipatgandakan karena keikhlasan kita didalam pengabdian.

-Tim Ustadz-

(Informasi - Wisuda Akbar 4)

Acara: Wisuda Akbar. Tgl 30 maret. Di Gelora Bung Karno Senayan. Buat yg sdh hafal 50 ayat al Baqarah, dan 40 ayat annaba. Tp boleh juga hadir yg ga hafal, sbg penggembira/hadirin biasa. Tiket: 10-20rb. Bisa daftar dan beli tiket di tempat. Jam 7pg acaranya. InsyaAllah hadir Syeikh al Ghomidi.

SELINTAS MENGENALI JIN


Foto: ( KAJIAN ) SELINTAS MENGENALI JIN - Jin adalah makhluk Allah yang mempunyai kemampuan mengubah diri dengan berbagai bentuk. Mereka makan, minum, kawin dan beranak-pinak. Membisikkan dan menggoda manusia. Dapat melihat manusia, tidak sebaliknya. "Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka". (Al A'raf: 27). Di antara mereka ada yang beriman, juga ada yang kafir (Al Jinn: 11 dan 14). Golongan yang kafir adalah setan. Mereka takut pada manusia. Mereka makhluk lemah. Suka mencari rahasia langit (hal ghaib), tetapi mereka diusir dengan panah api (Al Jinn: 8-9). 

( Apakah Jin itu ? )

Jin menurut bahasa berarti: sesuatu yang tersembunyi dan halus. Sedangkan setan ialah: setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Dia dinamakan jin disebabkan tersembunyi-nya dari mata (pandangan). Jin diciptakan dari api yang sangat panas (Al Hijr: 28). 

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setan menampakkan dirinya ketika aku shalat, atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku, jika tidak disebabkan doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia".(HR. Al Bukhari). 

( Berubah Bentuk )

Setan pernah menampakkan diri dalam wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali. Pertama; ketika suku Quraisy berkonspirasi untuk membunuh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Makkah. Kedua; pada perang Badr (tahun 2 Hijriah), lihat Surat Al Anfal: 48. Jin beranak pinak dan berkembang biak (lihat surat Al Kahfi: 50). 

( Tempat-tempat Jin )

Jin mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian tinggal bersama manusia. Tinggal di rumah bersama manusia, tidur di ranjang yang tidak ditiduri. Tempat yang paling disenangi adalah WC. Sebab, WC tempat manusia membuka aurat. 

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya" .(Al 'Araf: 27). 

Ketika kita masuk ke dalam WC, agar aurat kita terhalang dari pandangan jin, hendaknya kita membaca doa berikut: ( Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) setan laki-laki dan setan perempuan). (HR. At-Turmudzi). Setan suka berdiam di kubur dan tempat sampah. Oleh karena itu kuburan menjadi tempat meditasi bagi tukang sihir. Nabi SAW melarang kita tidur menyerupai setan. Setan tidur di atas perutnya (tengkurap) dan telanjang. Tidur telanjang menarik setan untuk mempermainkan aurat manusia dan menyebabkan penyakit. 

( Qarin )

Setiap manusia disertai setan yang selalu menggodanya. Allah berfirman, artinya: "Yang menyertai dia (qarin) berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tapi dialah (manusia) yang beradadalam kesesatan yang jauh". (Qaf: 27). 

Manusia dan qarin-nya akan bersama di hari hisab. Aisyah bercerita: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari rumah di malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: 
"Apakah kamu telah didatangi setanmu?"
"Apakah setan bersamaku?"
"Ya, bahkan setiap manusia"
"Termasuk engkau juga?"
"Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya". (HR. Ahmad)

Setan makan bersama manusia yang tak berdoa ketika mau makan. Setan makan dengan tangan kiri, sendirian dan dengan jarinya. Rasulullah ` melarang makan dengan tangan kiri. Beliau menyuruh kita makan bersama-sama, mencuci tangan dan mulut sebelum dan sesudah makan. "Setan adalah pencari rahasia dan suka menjilati sisa makanan maka jauhilah. Siapa yang tidur sedang di tangannya masih tersisa bau makanan lalu tertimpa penyakit, maka jangan ada yang disalahkan kecuali dirinya sendiri".(HR. At-Turmudzi). 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita mematikan lampu, menutup pintu, jendela, tempat-tempat penyimpanan air dan makanan dengan rapat sebelum tidur. Jika manusia tidur dan membaca doa sebelumnya, setan menjauhinya. Allah menjaga orang yang sebelum tidur membaca doa. Jika manusia tidur tanpa berdoa, setan mengikat kepalanya dengan tiga ikatan, jika ia bangun dan mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan, jika ia berwudhu terlepas lagi satu ikatan lainnya dan jika ia shalat terlepaslah ikatan yang terakhir. 

Allah akan menghisab (memperhitungkan amal) bangsa jin pada hari kiamat. Jin yang baik (shalih) masuk Surga. Allah berfirman, artinya: "(Bidadari-bidadari) yang tidak pernah disentuh oleh manusia dan tidak pula oleh jin". (Ar-Rahman: 56). Golongan jin menikahi bidadari-bidadari dari bangsa jin. Golongan jin yang ahli maksiat masuk Neraka. Allah berfirman, artinya: "Dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia". (Fushshilat: 25).

( Tidak Mengikuti Jejak Setan )

"Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar". (An Nur: 21).

( Mohon Perlindungan )

Allah menyuruh kita agar banyak minta perlindungan dari godaan setan. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku dari kedatangan mereka kepadaku". (Al Mu'minun: 97-98). 

Setan berangsur-angsur menarik kebinasaan Allah berfirman:

"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Ar Rahman (Al Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang mnyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk". (Az Zukhruf: 36-37). 

Atas dasar ini diadakan diskusi-diskusi, mu'tamar-mu'tamar dan konferensi-konferensi keburukan. Tak ada kemanfaatan dari pelaksanaan dan hasil-hasilnya. Setan membisikkan bahwa syariat Islam tidak cocok di jaman ini, keras dan melanggar HAM. 

Siapa yang cenderung kepada mereka menjadi musyrik. Jaman dahulu setan mencuri pendengaran berita-berita dari langit yang disampaikan para malaikat langit kepada para malaikat bumi. Setelah Nabi Muhammad SAW diutus, Allah menerangkan keadaan syetan: "Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang (setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diutus) barangsiapa mencoba mendengar-dengar (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)". (Al Jinn: 9) dan (Al Mulk: 5). 

( Sihir )

Sihir termasuk pekerjaan setan yang utama. Praktek-praktek sihir berkembang di masyarakat yang lemah iman atau tidak beragama sama sekali. Betapa banyak orang datang ke dukun/paranormal untuk minta banyak rizki, berobat dari penyakit, ingin cepat dapat jodoh, lulus dalam ujian, rujuknya wanita yang telah dicerai atau sebaliknya dan selainnya, yang hal-hal tersebut merupakan kekuasaan Allah, sedang kita hanya diperintah untuk berdoa dan berusaha. Para dukun/paranormal mempunyai mata-mata (dari setan dan manusia) yang menyebar di masyarakat untuk mencari tahu rahasia-rahasia mereka, lalu mereka menceritakan itu pada tuannya. Dan ketika seseorang mendatanginya dengan mudahnya dia menceritakan keadaan orang tersebut, lalu ia heran dan tertipu. Seakan-akan si dukun tahu hal-hal ghaib.
Jin adalah makhluk Allah yang mempunyai kemampuan mengubah diri dengan berbagai bentuk. Mereka makan, minum, kawin dan beranak-pinak. Membisikkan dan menggoda manusia. Dapat melihat manusia, tidak sebaliknya. "Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka". (Al A'raf: 27). Di antara mereka ada yang beriman, juga ada yang kafir (Al Jinn: 11 dan 14). Golongan yang kafir adalah setan. Mereka takut pada manusia. Mereka makhluk lemah. Suka mencari rahasia langit (hal ghaib), tetapi mereka diusir dengan panah api (Al Jinn: 8-9).

( Apakah Jin itu ? )

Jin menurut bahasa berarti: sesuatu yang tersembunyi dan halus. Sedangkan setan ialah: setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Dia dinamakan jin disebabkan tersembunyi-nya dari mata (pandangan). Jin diciptakan dari api yang sangat panas (Al Hijr: 28).

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setan menampakkan dirinya ketika aku shalat, atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku, jika tidak disebabkan doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia".(HR. Al Bukhari).

( Berubah Bentuk )

Setan pernah menampakkan diri dalam wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali. Pertama; ketika suku Quraisy berkonspirasi untuk membunuh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Makkah. Kedua; pada perang Badr (tahun 2 Hijriah), lihat Surat Al Anfal: 48. Jin beranak pinak dan berkembang biak (lihat surat Al Kahfi: 50).

( Tempat-tempat Jin )

Jin mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian tinggal bersama manusia. Tinggal di rumah bersama manusia, tidur di ranjang yang tidak ditiduri. Tempat yang paling disenangi adalah WC. Sebab, WC tempat manusia membuka aurat.

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya" .(Al 'Araf: 27).

Ketika kita masuk ke dalam WC, agar aurat kita terhalang dari pandangan jin, hendaknya kita membaca doa berikut: ( Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) setan laki-laki dan setan perempuan). (HR. At-Turmudzi). Setan suka berdiam di kubur dan tempat sampah. Oleh karena itu kuburan menjadi tempat meditasi bagi tukang sihir. Nabi SAW melarang kita tidur menyerupai setan. Setan tidur di atas perutnya (tengkurap) dan telanjang. Tidur telanjang menarik setan untuk mempermainkan aurat manusia dan menyebabkan penyakit.

( Qarin )

Setiap manusia disertai setan yang selalu menggodanya. Allah berfirman, artinya: "Yang menyertai dia (qarin) berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tapi dialah (manusia) yang beradadalam kesesatan yang jauh". (Qaf: 27).

Manusia dan qarin-nya akan bersama di hari hisab. Aisyah bercerita: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari rumah di malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata:
"Apakah kamu telah didatangi setanmu?"
"Apakah setan bersamaku?"
"Ya, bahkan setiap manusia"
"Termasuk engkau juga?"
"Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya". (HR. Ahmad)

Setan makan bersama manusia yang tak berdoa ketika mau makan. Setan makan dengan tangan kiri, sendirian dan dengan jarinya. Rasulullah ` melarang makan dengan tangan kiri. Beliau menyuruh kita makan bersama-sama, mencuci tangan dan mulut sebelum dan sesudah makan. "Setan adalah pencari rahasia dan suka menjilati sisa makanan maka jauhilah. Siapa yang tidur sedang di tangannya masih tersisa bau makanan lalu tertimpa penyakit, maka jangan ada yang disalahkan kecuali dirinya sendiri".(HR. At-Turmudzi).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita mematikan lampu, menutup pintu, jendela, tempat-tempat penyimpanan air dan makanan dengan rapat sebelum tidur. Jika manusia tidur dan membaca doa sebelumnya, setan menjauhinya. Allah menjaga orang yang sebelum tidur membaca doa. Jika manusia tidur tanpa berdoa, setan mengikat kepalanya dengan tiga ikatan, jika ia bangun dan mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan, jika ia berwudhu terlepas lagi satu ikatan lainnya dan jika ia shalat terlepaslah ikatan yang terakhir.

Allah akan menghisab (memperhitungkan amal) bangsa jin pada hari kiamat. Jin yang baik (shalih) masuk Surga. Allah berfirman, artinya: "(Bidadari-bidadari) yang tidak pernah disentuh oleh manusia dan tidak pula oleh jin". (Ar-Rahman: 56). Golongan jin menikahi bidadari-bidadari dari bangsa jin. Golongan jin yang ahli maksiat masuk Neraka. Allah berfirman, artinya: "Dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia". (Fushshilat: 25).

( Tidak Mengikuti Jejak Setan )

"Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar". (An Nur: 21).

( Mohon Perlindungan )

Allah menyuruh kita agar banyak minta perlindungan dari godaan setan. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku dari kedatangan mereka kepadaku". (Al Mu'minun: 97-98).

Setan berangsur-angsur menarik kebinasaan Allah berfirman:

"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Ar Rahman (Al Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang mnyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk". (Az Zukhruf: 36-37).

Atas dasar ini diadakan diskusi-diskusi, mu'tamar-mu'tamar dan konferensi-konferensi keburukan. Tak ada kemanfaatan dari pelaksanaan dan hasil-hasilnya. Setan membisikkan bahwa syariat Islam tidak cocok di jaman ini, keras dan melanggar HAM.

Siapa yang cenderung kepada mereka menjadi musyrik. Jaman dahulu setan mencuri pendengaran berita-berita dari langit yang disampaikan para malaikat langit kepada para malaikat bumi. Setelah Nabi Muhammad SAW diutus, Allah menerangkan keadaan syetan: "Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang (setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diutus) barangsiapa mencoba mendengar-dengar (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)". (Al Jinn: 9) dan (Al Mulk: 5).

( Sihir )

Sihir termasuk pekerjaan setan yang utama. Praktek-praktek sihir berkembang di masyarakat yang lemah iman atau tidak beragama sama sekali. Betapa banyak orang datang ke dukun/paranormal untuk minta banyak rizki, berobat dari penyakit, ingin cepat dapat jodoh, lulus dalam ujian, rujuknya wanita yang telah dicerai atau sebaliknya dan selainnya, yang hal-hal tersebut merupakan kekuasaan Allah, sedang kita hanya diperintah untuk berdoa dan berusaha. Para dukun/paranormal mempunyai mata-mata (dari setan dan manusia) yang menyebar di masyarakat untuk mencari tahu rahasia-rahasia mereka, lalu mereka menceritakan itu pada tuannya. Dan ketika seseorang mendatanginya dengan mudahnya dia menceritakan keadaan orang tersebut, lalu ia heran dan tertipu. Seakan-akan si dukun tahu hal-hal ghaib.